Para ahli berpendapat bahwa debat terakhir kemarin menjadi antiklimaks, setelah ada pembanding yaitu debat ketiga yang memanas. Namun, dapat dimengerti jika para kandidat memilih untuk bermain aman dalam pertarungan pamungkas mereka.
Dengan waktu pemungutan suara yang tinggal 10 hari lagi, calon presiden tahun 2024 menampilkan aura yang lebih damai sepanjang debat terakhir mereka pada 4 Februari. Dalam debat itu, mereka membahas masalah pendidikan, kesehatan, sumber daya manusia, budaya, teknologi informasi, kesejahteraan sosial dan kebijakan inklusi. Acara tersebut disiarkan secara langsung di televisi.
Debat pemilu kelima pada musim kampanye ini diadakan di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat. Debat in merupakan pertemuan ketiga dan terakhir antara calon presiden Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo, sebelum para pemilih menyampaikan suara mereka di bilik pemilu pada 14 Februari.
Dalam dua debat sebelumnya, suasana kadang memanas dan tegang. Kondisi berbeda terjadi di debat kali ini. Kandidat presiden yang terdepan di jajak pendapat, Prabowo, kerap memuji usulan Anies dan menyatakan persetujuan pada banyak usulan Ganjar, mulai dari kebijakan bidang pendidikan hingga perlindungan pekerja migran.
Prabowo mengatakan bahwa dia “sangat” setuju dengan Anies, ketika Anies mengatakan bahwa para pendidik adalah kunci untuk mencapai tujuan pendidikan negara. Karena itu, dia akan berupaya mempercepat sertifikasi guru, mempekerjakan guru tidak tetap berdasarkan kontrak pemerintah, dan memberikan beasiswa kepada anak-anak mereka.
“Tidak heran, karena beliau pernah menjadi Menteri Pendidikan,” kata Prabowo.
Ganjar juga memaparkan hal yang serupa paparan Anies. Ia menekankan perlunya meningkatkan kesejahteraan guru dan memastikan inklusivitas dalam sistem pendidikan nasional. Anies membalas keduanya, dengan mengucapkan terima kasih kepada Prabowo dan Ganjar yang telah menyetujuinya.
Ganjar pun mendapat respons positif dari para pesaingnya ketika menyoroti pentingnya peran negara dalam melindungi pekerja migran di luar negeri. Menurutnya, semua harus aktif, mulai dari tingkat pemerintah daerah hingga Kementerian Luar Negeri. “Komitmen ini tidak sulit. Asal kita punya data dan instrumen yang tepat, semua permasalahan bisa diselesaikan dalam waktu singkat,” kata mantan Gubernur Jawa Tengah itu.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.