TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Diplomasi pragmatis

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Tue, June 13, 2023

Share This Article

Change Size

Diplomasi pragmatis Malaysia's Prime Minister Anwar Ibrahim (left) and President Joko “Jokowi“ Widodo (right) arrive at the Samudra Patin Restaurant in Kuala Lumpur on June 8, 2023. (AFP/Mohd Rasfan)
Read in English

P

residen Joko "Jokowi" Widodo punya latar belakang bisnis, dan sebagai pemimpin, ia tetap setia pada latar belakang bisnisnya tersebut. Itulah alasan mengapa beberapa kebijakan luar negerinya mengutamakan isu-isu yang cenderung biasa serta teknokratis.

Tak heran jika dua agenda yang paling mendesak dalam politik luar negerinya adalah perlindungan WNI di negeri asing serta diplomasi ekonomi dengan tujuan meningkatkan arus perdagangan dan investasi ke Indonesia.

Mantan walikota Surakarta, Jawa Tengah, itu paling nyaman berkeliling pasar tradisional atau memeriksa jalan dan jembatan. Ia memang menghindari kemewaahan dan segala hal seremonial yang identik dengan pidato dan pamer kemegahan.

Sementara Prabowo Subianto yang dulu jadi saingan politiknya, dan sekarang Menteri Pertahanannya, telah punya semacam kebiasaan membuat pernyataan besar ketika berada di luar negeri. Prabowo pun melakukannya saat awal bulan ini berada di Singapura. Sempat timbul kegemparan karena ia mengusulkan rencana perdamaian di Ukraina.

Padahal, Presiden Jokowi pun tidak pernah menginjakkan kaki di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk berbicara khusus tentang hal itu kepada khalayak global. Tahun lalu, menjelang KTT G20 di Bali, sebetulnya ada kesempatan bagi Jokowi untuk hadir di PBB dan mengajukan prakarsa perdamaian di Ukraina. Namun, Jokowi membatalkan kunjungannya ke New York.

Ketika Jokowi akhirnya memutuskan mencoba menjadi juru damai yang menawarkan jalan tengah untuk konflik Rusia-Ukraina, Presiden tetap konsisten melakukannya dengan cara-cara pragmatis. Agendanya ketika mengunjungi Kyiv dan Moskow tentu saja meliputi gagasan menengahi perseteruan. Namun, ia sampaikan rencananya melalui hal nyata yang bisa dia bawa untuk Indonesia. Saat itu, Jokowi mengajukan permintaan akses yang aman tanpa gangguan ke produksi gandum dan pupuk, dua hal yang sangat dibutuhkan Indonesia untuk menjaga stabilitas ekonomi dan politik.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Kita harus melihat kunjungan Presiden Jokowi minggu lalu di Kuala Lumpur dan Singapura dalam konteks yang sama.

Sekali lagi, Presiden hanya akan pergi ke tempat-tempat yang ia yakini akan menguntungkan Indonesia. Dan di Malaysia dan Singapura, dia berharap akan mendapat banyak hasil nyata. Perlu dicatat juga bahwa di Singapura dan Malaysia Jokowi tampak berada di zona nyamannya.

Di Singapura, Presiden membuat lelucon tentang pemilu tahun depan, dalam bahasa Inggris, dan banyak penonton terlihat terhibur, merespon tulus dengan tertawa.

Presiden sendiri memang patut punya banyak alasan untuk merasa senang. Sepekan sebelummya, puluhan pengusaha Singapura hadir di lokasi rencana ibu kota baru Nusantara. Tentu ia berharap akan ada dana yang digelontorkan oleh para pengusaha tersebut untuk IKN.   

Tentu Presiden Jokowi juga berharap ada balasan konkret untuk rencana Indonesia mencabut larangan ekspor pasir laut ke Singapura, setelah larangan tersebut berlaku selama 20 tahun. Larangan ekspor pasir telah lama menjadi perdebatan antara Singapura dan Indonesia. Jadi wajar jika pencabutan larangan akan disambut baik oleh Singapura. Saat ini, Singapura sedang merencanakan dan merancang mega proyek Pelabuhan Tuas tahap ketiga. Pekerjaan reklamasi lahan diharapkan selesai pada pertengahan tahun 2030. Artinya, pasir dari Indonesia sangat dibutuhkan untuk mewujudkan rencana tersebut.

Di Malaysia, Presiden Jokowi bahkan tampak lebih santai. Jumlah penduduk Indonesia di Malaysia cukup besar. Tentu, Malaysia jadi fokus utama kebijakan perlindungan WNI. Jokowi sangat diuntungkan oleh kebijakan tersebut. Dalam perjalanan ke pasar basah Chow Kit di Kuala Lumpur, Jokowi disambut hangat para pedagang, baik WNI maupun warga negara asing lain. Mereka mengerumuninya dan meminta foto bersama.

Masih ada lagi kesepakatan kerja sama yang ia buat dengan Perdana Menteri Anwar Ibrahim, yaitu untuk bersama-sama menghadapi Uni Eropa dalam masalah kelapa sawit.

Sebuah pernyataan bersama yang dikeluarkan usai pertemuan Jokowi dan Anwar menyebutkan bahwa mereka telah sepakat untuk "bekerja sama secara erat demi mengatasi tindakan diskriminatif UE yang sangat merugikan terkait kelapa sawit."

Jokowi disambut bagai mega bintang di KL dan Singapura. Tujuannya tercapai. Tak heran, pekan lalu ia pulang dengan wajah bahagia.  

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.