KTT trilateral antara Korea Selatan, Jepang, dan Tiongkok pada Senin 27 Mei menunjukkan kemenangan besar bagi Asia Timur Laut serta negara-negara tetangganya di Asia Tenggara, meskipun ketiga pemimpin tersebut tidak membicarakan isu-isu utama.
etelah absen selama lebih dari empat tahun, Korea Selatan, Tiongkok, dan Jepang akhirnya mengadakan pertemuan tingkat tinggi trilateral tahunan mereka pada Senin di Seoul. Meskipun konferensi tersebut tidak menunjukkan kemajuan berarti dalam upaya mengatasi isu-isu politik yang sensitif, tetapi bahwa para pemimpin ketiga negara bersedia untuk berdiskusi bersama telah berkontribusi besar terhadap pengurangan ketegangan dan mengikis ketidakpercayaan di antara mereka.
KTT Bisnis Trilateral ke-8 mempertemukan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol sebagai tuan rumah, Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang, serta Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.
Ketidakhadiran Presiden Xi Jinping mungkin menimbulkan pertanyaan terkait ketulusan komitmen Beijing terhadap hubungan dengan kedua negara tetangganya. Namun, adalah hal wajar bagi presiden atau perdana menteri Tiongkok untuk bergantian mewakili negaranya dalam pertemuan multilateral.
Situasi di Asia Timur Laut sangat berbahaya. Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengancam akan melakukan perang nuklir, dan Tiongkok berupaya mengambil alih Taiwan berdasarkan narasi reunifikasi. Hal tersebut menjadi salah satu alasan pecahnya perang di wilayah tersebut. Sementara itu, Beijing, Tokyo, dan Seoul saling berselisih.
Dunia menyaksikan para pemimpin saling berjabat tangan, mendiskusikan isu-isu, serta membuat deklarasi bersama. Ketiga negara tersebut merupakan mitra dagang dan ekonomi terpenting ASEAN.
Negara-negara Asia Tenggara dengan cermat mengikuti perkembangan negara-negara kaya yang jadi tetangga mereka di wilayah timur laut. Tiongkok adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia. Posisinya diikuti oleh Jepang dan Korea Selatan. Gabungan PDB mereka menyumbang lebih dari 20 persen PDB global.
Indonesia menganggap Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan sebagai investor dan mitra dagang terpenting. Ketiganya esensial bagi perekonomian negara ini. Karena itu, ketiga negara ini selalu ada dalam pikiran setiap presiden Indonesia.
Dalam sebuah deklarasi bersama, Yoon, Kishida, dan Li mengatakan bahwa menjaga perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di Semenanjung Korea dan Asia Timur Laut adalah kepentingan semua orang. Mereka juga menyetujui penghapusan penggunaan dan pengoperasian senjata nuklir di kawasan Semenanjung Korea. Lebih jauh, mereka melakukan upaya positif untuk menyelesaikan masalah politik di semenanjung tersebut.
Tetap ada perbedaan pandangan mengenai dua isu utama. Belum lagi, Yoon dan Kishida tetap enggan menjauhkan diri dari sekutu militer utama mereka, Amerika Serikat. Padahal, Beijing telah sering mengajukan permintaan itu. Meski demikian, pertemuan tersebut mencapai kemajuan di sejumlah bidang lain.
Yang mengejutkan, beberapa jam sebelum KTT, Pyongyang mengumumkan bahwa mereka akan segera menempatkan satelit mata-mata yang jauh lebih mematikan ke orbit. Pengumuman tersebut tidak diterima dengan baik oleh Yoon atau Kishida. Hal itu juga menimbulkan kekhawatiran bagi Li, yang negaranya merupakan mitra dagang terpenting dan satu-satunya sekutu Korea Utara.
Ketidakstabilan dan ketegangan politik atau militer diperkirakan akan berdampak langsung dan tidak langsung terhadap 10 negara anggota ASEAN. Tidaklah patut untuk menyebutkan fakta bahwa ketiga negara tersebut, khususnya Tiongkok dan Jepang, terlibat sebuah kompetisi luar biasa dalam meningkatkan pengaruh dan kekuasaan mereka di antara negara-negara yang secara ekonomi lebih lemah. ASEAN juga semakin cemas menghadapi ketegasan Beijing di Laut Cina Selatan.
Ketiga pemimpin tersebut mengatakan bahwa mereka ingin lebih banyak bekerja sama dengan blok regional melalui Forum Regional ASEAN dan KTT Asia Timur. Mereka juga berbicara tentang Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership atau RCEP) yang dipimpin oleh ASEAN. Perhimpunan ini menjadi blok perdagangan terbesar kedua di dunia. Ketiga negara ekonomi utama tersebut adalah bagian dari RCEP.
Meskipun terdapat perbedaan pendapat dan menggunakan pendekatan yang berbeda, KTT ini menghasilkan kemajuan dalam bidang ekonomi dan perdagangan, perubahan iklim, pertukaran pemahaman antarmasyarakat tiga negara, ilmu pengetahuan dan kesehatan, serta populasi usia lanjut yang terus bertambah.
Presiden Yoon layak mendapat dukungan karena berhasil menyelesaikan misi yang cukup berat untuk menyatukan ketiga negara. KTT ini jelas merupakan kesuksesan yang luar biasa. Dan ketiga pemimpin tersebut telah membuat beberapa kemajuan, meskipun kemajuan tersebut tidak terlalu istimewa.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.