Gagasan negara menggunakan dana pemerintah untuk menyelamatkan perusahaan tekstil swasta adalah gagasan yang problematik. Alasan penyelamatan untuk menghindari terjadinya PHK besar-besaran juga merupakan alasan yang lemah.
PT Sri Rejeki Isman (Sritex) adalah perusahaan tekstil besar, tetapi betulkah ia demikian besar hingga mustahil runtuh?
Telah ada banyak seruan agar pemerintah membantu menyelamatkan produsen kain yang berbasis di Jawa Tengah tersebut. Seruan marak sejak Sritex dinyatakan bangkrut minggu lalu. Saat ini, putusan pailit sedang dalam proses pengajuan banding.
Intinya, harus ada yang dilakukan terkait Sritex. Permintaan datang dari para manajer dan perwakilan pekerja. Namun langkah apa yang harus diambil, masih belum jelas sama sekali.
Kementerian Perindustrian dilaporkan telah meminta perusahaan tersebut menyusun rencananya sendiri. Tapi hal itu seperti dokter yang meminta pasien yang sakit parah untuk merancang pengobatannya sendiri.
Presiden Prabowo Subianto memanggil Menteri Ketenagakerjaan Yassierli, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto pada hari Selasa 29 Oktober untuk membahas kondisi Sritex.
Dilaporkan bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan penyediaan dana darurat atau insentif. Bahkan, telah dibahas dana talangan untuk perusahaan yang, per Juni, punya total utang sekitar US$1,6 miliar tesebut.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.