Baru-baru ini, Trump mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa ia senang mendapati pemimpin Tiongkok "menghormati saya karena ia tahu saya sinting." Ia sedikit menyumpah untuk menekankan kegilaannya.
Dalam dunia yang ideal, adalah preseden buruk ketika seorang presiden Amerika Serikat yang baru saja terpilih mengklaim bahwa kekuatan terbesar yang ia miliki adalah kegilaannya.
Namun, itulah yang dikatakan oleh presiden AS ke-47, Donald Trump. Ia menjawab pertanyaan tentang hal yang akan membuatnya menjadi pemimpin yang lebih efektif dalam masa jabatan keduanya.
Baru-baru ini, Trump mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa ia senang mendapati pemimpin Tiongkok "menghormati saya karena ia tahu saya sinting." Ia sedikit menyumpah untuk menekankan kegilaannya.
Kondisi ini mungkin merupakan cerminan dari dunia yang saat ini terbolak-balik. Di dunia kini, momen unik dalam sejarah juga butuh pemimpin yang tidak konvensional. Bagaimanapun, presiden ini merupakan keinginan mayoritas pemilih di Amerika, yang memberikan suara mereka untuk mantan bintang satu acara realitas di televisi itu.
Atau mungkin Trump adalah jenis pemimpin yang dibutuhkan dunia saat ini.
Di saat aturan dan konvensi lama sudah tidak berlaku lagi, yang dibutuhkan dunia mungkin adalah gertakan dan keangkuhan dari seorang pemimpin yang hanya bisa berbicara dalam bahasa kekuasaan.
Lagipula, bahkan sebelum dilantik tadi malam, Trump telah melakukan beberapa hal baik.
Kita tahu bahwa kesepakatan gencatan senjata antara Israel-Hamas hanya dapat dicapai berkat desakan Trump. Adalah taktik gila-gilaannya yang akhirnya memaksa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menerima perjanjian gencatan senjata.
Dan bahkan setelah dipojokkan dan menjadi sasaran cara bicara Trump yang kasar, Netanyahu tetap berterima kasih kepada Trump karena telah mendorong kesepakatan tersebut. Itulah seni tersendiri dalam bersepakat.
Kita dapat memperkirakan bahwa Trump mungkin akan mencoba taktik serupa di Ukraina. Dan mungkin masalah Ukraina akan menjadi fokus utama di hari-hari awal jabatannya. Tidak realistis untuk mengharapkan bahwa Trump dapat mengakhiri perang di Ukraina dalam 24 jam, tetapi bisa jadi ia akan mencoba sesuatu yang berbeda untuk mencapai resolusi bagi konflik yang berlarut-larut ini.
Terkait Tiongkok, kita dapat mengharapkan sedikit pragmatisme dari Trump, terlepas dari retorika panas atas pilihannya pada Marco Rubio untuk jabatan menteri luar negeri Amerika.
Sebagai presiden yang berorientasi bisnis dan transaksional, dan dengan bantuan tokoh-tokoh seperti miliarder Elon Musk, yang kendaraan listriknya, Tesla, sangat bergantung pada rantai pasokan di Tiongkok, Trump dapat mengambil jalan yang lebih realistis.
Pejabat senior Tiongkok telah menawarkan perdamaian. Tokoh-tokoh seperti wakil presiden Tiongkok Hang Zheng telah terjadwal untuk bertemu Elon Musk. Mereka akan menyambut "Tesla dan perusahaan AS lainnya" untuk berbagi manfaat dari pembangunan Tiongkok dan berkontribusi pada hubungan Tiongkok-AS.
Tidak ada yang dapat berubah dalam semalam, tetapi tentu saja ada harapan bahwa bisnis dapat didahulukan, dan bukan hanya memajukan politik.
Orang-orang mungkin fokus pada beberapa pernyataan Trump yang keterlaluan. Misalnya, Trump pernah mengatakan ingin menduduki Greenland atau mengambil alih Terusan Panama. Tapi bayangkan, apa yang terjadi jika ia hanya ingin membuat kesepakatan agar AS dapat diuntungkan lebih banyak lagi dari kesepakatan yang sudah ada?
Mengetahui dengan baik kecenderungan transaksionalnya, Presiden Prabowo Subianto tentu dapat menggunakannya untuk keuntungan Indonesia.
Hubungan pribadi yang baik dengan Trump dapat berjalan dengan batas-batas tertentu, seperti yang dibuktikan oleh mantan perdana menteri Jepang Shinzo Abe.
Bagaimanapun, Trump adalah orang yang mudah dipengaruhi. Ia terkesan dengan kemampuan Bahasa Inggris Prabowo ketika keduanya berbicara di telepon, November lalu.
Jika benar informasi yang belum dikonfirmasi itu, bahwa Menteri Luar Negeri Sugiono kini berada di Washington, DC, hal ini bisa menjadi pertanda baik. Ini berarti Presiden Prabowo ingin membangun hubungan baik dengan presiden AS yang mudah berubah pikiran itu.
Dengan perilaku dan pernyataannya yang tidak pernah pasti, kita bisa memperkirakan bahwa dalam empat tahun ke depan, dunia akan kacau, atau paling tidak membingungkan.
Namun, bahkan dengan tindakan kasar dan kata-kata penuh amarah itu, dunia, dan khususnya Indonesia, dapat tetap berharap bahwa jauh di lubuk hatinya Presiden Trump adalah seorang pengusaha. Ia bisa saja membuat kesepakatan yang akan menguntungkan Amerika terlebih dahulu, dan menempatkan dunia di posisi kedua.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.