TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Main-main koperasi mahal

Rencana Presiden Prabowo Subianto mendirikan antara 70.000 hingga 80.000 koperasi baru, dengan menggunakan pinjaman dari bank BUMN, dapat bermasalah dan menimbulkan risiko keuangan yang serius.

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Mon, March 17, 2025 Published on Mar. 16, 2025 Published on 2025-03-16T17:04:32+07:00

Change text size

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Main-main koperasi mahal An artisan draws a special Lebak batik motif on Nov. 8, 2023, at the Chanting Pradana gallery in Lebak regency, Banten. (Antara/Muhammad Bagus Khoirunas)
Read in English

 

Pinjaman lunak yang direncanakan hingga sejumlah Rp400 triliun (24,3 miliar dolar Amerika) bukanlah jumlah yang kecil. Para ahli telah memperingatkan bahwa pinjaman sebesar itu dapat berdampak signifikan pada pendapatan bank BUMN dan berpotensi menjadi pinjaman bermasalah (Nonperforming Loan atau NPL).

Pemerintah memang telah berjanji membayar pinjaman ini dengan dana desa yang disediakan setiap tahun. Namun, kita tetap harus waspada bahwa komitmen tersebut mungkin tidak lancar berjalan di masa mendatang. Bagaimana pun, pemerintah punya banyak hal yang harus didanai, dan negara punya kecenderungan menunda pembayaran kepada BUMN.

Kekhawatiran lainnya adalah terkait alokasi anggaran dana desa tahun ini yang hanya Rp71 triliun, naik sedikit, Rp2 triliun, dari anggaran tahun lalu.

Dalam beberapa tahun terakhir, pinjaman untuk koperasi memiliki tingkat NPL rata-rata 8,5 persen. Data tersebut menurut lembaga pemeringkat Pefindo. Angkanya jauh lebih tinggi daripada rasio NPL sektor perbankan secara keseluruhan, yang sekitar 2 persen.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Tingginya tingkat NPL tentu akan menambah beban bagi bank BUMN pemberi pinjaman. Di sisi lain, bank BUMN telah menjalankan program pemerintah sebelumnya, yaitu program pinjaman mikro. Banyak juga di antara pinjaman mikro ini yang tidak berjalan dengan baik, yang ditunjukkan oleh lonjakan klaim gagal bayar yang diterima perusahaan asuransi kredit milik negara.

Indonesia punya sejarah koperasi yang panjang dan kaya. Salah satu pendiri negara pernah membayangkan lembaga-lembaga ini akan menjadi platform ekonomi utama negara. Namun hingga kini, mimpi itu belum terwujud.

Pemerintah yang sekarang ingin agar koperasi-koperasi ini menjadi bagian integral dari peningkatan ekonomi desa. Misalnya, memampukan koperasi menjembatani kesenjangan pembiayaan informal, yang biasanya diisi oleh rentenir atau pinjaman daring.

Inisiatif lainnya termasuk mendorong koperasi-koperasi ini untuk menyerap hasil pertanian lokal. Koperasi juga harus menyederhanakan rantai distribusi pangan. Hal ini sejalan dengan tujuan swasembada pangan Prabowo.

Namun, sejatinya koperasi harus dimulai dengan gerakan akar rumput, bukan pemaksaan dari atas ke bawah. Jika tumbuh dari bawah, akan membuat koperasi lebih mungkin untuk berkelanjutan karena didorong oleh minat dan partisipasi anggota yang sungguh-sungguh tulus. 

Di sisi lain, pendekatan dari atas ke bawah justru membuat lembaga keuangan kehilangan kesempatan menumbuhkan dukungan, rasa memiliki, dan akuntabilitas yang seharusnya timbul dalam masyarakat yang menjadi nasabah mereka. 

Dengan mengabaikan sifat organik koperasi, rencana Presiden Prabowo berisiko menciptakan koperasi yang tidak berkelanjutan, dikelola dengan buruk, dan terputus dari realitas kebutuhan anggotanya. 

Pemerintah memperkirakan bahwa ada lebih dari 130.000 koperasi di Indonesia pada 2023. Angka itu turun banyak, dibandingkan jumlah koperasi satu dekade sebelumnya yang mencapai lebih dari 209.000. Banyak koperasi yang dibubarkan karena alasan yang disebutkan di atas. Sangat mungkin bahwa puluhan ribu koperasi baru ini akan mengalami nasib yang sama. 

Mendirikan begitu banyak koperasi tidak hanya membutuhkan sumber daya finansial yang signifikan, tetapi diperlukan juga infrastruktur yang kuat untuk pelatihan, pemantauan, dan dukungan. 

Dalam satu dekade terakhir, terdapat delapan koperasi yang gagal mengembalikan sedikitnya Rp26 triliun kepada anggotanya, akibat salah urus dan penggelapan. Banyak anggota yang menaruh simpanan jangka panjang mereka, atau uang pensiun mereka, di lembaga yang penuh skandal ini, hanya untuk mendapatkan sangat sedikit imbalan atau bahkan tidak dapat apa-apa. 

Kasus-kasus koperasi ini menjadi pengingat bahwa pemerintah terbukti tidak mampu menjalankan fungsi pengawasan dengan baik, apalagi mencegah penipuan sejak awal.

Kita tidak dapat mengesampingkan fakta bahwa program-program ini nantinya hanya akan menjadi peluang lain untuk korupsi dan penggelapan, yang akan merugikan negara.

Daripada fokus pada angka, Presiden Prabowo seharusnya menciptakan lingkungan yang membantu koperasi-koperasi baru muncul secara organik. Dan sementara itu, lembaga-lembaga yang sudah ada didorong untuk berkembang dan makin maju dengan kemampuannya sendiri.

Tujuan membantu masyarakat terpinggirkan, mengurangi kesenjangan, dan membina kewirausahaan lokal patut dipuji. Tetapi, pemerintah harus mengatasi masalah serius tentang keberlanjutan keuangan dan kelangsungan jangka panjang, terutama dengan sejumlah besar uang pembayar pajak dan nasabah bank yang dipertaruhkan dalam program.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.

Share options

Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!

Change text size options

Customize your reading experience by adjusting the text size to small, medium, or large—find what’s most comfortable for you.

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!

Continue in the app

Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.