Can't find what you're looking for?
View all search resultsCan't find what you're looking for?
View all search resultsLiburan sekolah selama sebulan adalah waktu yang tepat bagi pemerintah untuk mengevaluasi hal-hal yang tidak berjalan dengan baik dalam program makan bergizi gratis.
Enam bulan telah berlalu sejak program makan bergizi gratis (MBG), program unggulan Presiden Prabowo Subianto, mulai mendistribusikan makan siang kepada anak-anak sekolah. Program ini bertujuan untuk mengatasi masalah kekurangan gizi dan stunting pada anak, sekaligus meningkatkan prestasi mereka di sekolah. Namun, hingga saat ini, program tersebut justru jadi perhatian karena masalah-masalahnya.
Ada laporan tentang anak-anak dan guru yang jatuh sakit setelah mengonsumsi makanan dari program tersebut. Sepuluh anak TK di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, mengalami muntah dan diare setelah mengonsumsi makanan program MBG pada 18 Juni lalu. Peristiwa ini ibarat puncak gunung es. Karena faktanya, sedikitnya ada 1.300 siswa, dan bahkan guru, yang jatuh sakit karena keracunan makanan akibat mengonsumsi menu dari program MBG.
Inisiatif MBG juga telah dirusak oleh laporan tentang dapur milik perorangan dan pekerjanya yang tidak dibayar atas kontribusi mereka. Pada April lalu, sebuah dapur di Kalibata, Jakarta Selatan, menghentikan kegiatannya. Mereka beralasan, belum dibayar penuh.
Badan Gizi Nasional (BGN), yang telah diberi amanat oleh Presiden untuk memimpin jalannya program ini di seluruh negeri, telah berulang kali mengklaim bahwa mereka berupaya mengatasi semua kendala yang muncul selama enam bulan terakhir. Langkah yang ditempuh termasuk meningkatkan pemantauan atas keamanan pangan dan menciptakan sistem pembayaran yang lebih baik untuk dapur dan para pekerjanya.
Karena siswa tidak masuk sekolah di masa libur, ada kesempatan bagi pemerintah untuk mengevaluasi hal-hal yang salah dalam program MBG tersebut. Penilaian diperlukan untuk memastikan bahwa uang para pembayar pajak yang dikucurkan ke dalam program tersebut tidak sia-sia. Inisiatif pembagian makanan gratis tersebut menghabiskan biaya negara sebesar Rp71 triliun (4,4 miliar dolar Amerika). Pemerintah juga mempertimbangkan untuk menambah anggaran menjadi Rp121 triliun pada akhir tahun ini, agar program menjangkau lebih banyak penerima manfaat.
Pemerintah memulai musim libur sekolah dengan bersikeras mendistribusikan makanan gratis dalam bentuk bahan mentah dan bahan makanan olahan. Hal itu bisa dilihat di sekolah-sekolah di berbagai daerah, termasuk di Tangerang Selatan, Banten. Menurut pihak dapur umum, makanan mentah dan makanan olahan dapat dibawa pulang dan disimpan lebih lama.
Setelah awalnya sempat menyangkal telah menyetujui inisiatif semacam itu, BGN baru-baru ini mengumumkan bahwa program makanan gratis akan terus berlanjut selama libur sekolah. Lebih dari 1.800 dapur di seluruh negeri bekerja untuk mendistribusikan makanan siap santap dan makanan kemasan kepada siswa.
Murid-murid sekarang harus datang ke sekolah selama mereka libur, hanya untuk menerima makanan yang terdiri dari roti, telur, susu, dan buah-buahan. Banyak yang bertanya-tanya soal efektivitas distribusi semacam ini selama libur sekolah. Ada kekhawatiran bahwa mekanisme itu akan menyebabkan timbunan makanan yang akhirnya terbuang.
Daripada memaksa membagi makanan gratis kepada murid-murid sekolah selama mereka libur, pemerintah dapat fokus pada wanita hamil, ibu menyusui, dan balita. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa program yang bertujuan untuk mengatasi masalah kekurangan gizi seharusnya fokus pada kelompok-kelompok ini, dan bukan kepada anak-anak yang usianya lebih tua.
Beberapa pihak dalam pemerintahan bahkan mengakui bahwa program MBG, seperti intervensi pemerintah skala besar lainnya di bidang kesehatan masyarakat dan pendidikan umum, akan selalu menghadapi tantangan pada tahap awal. Pengakuan semacam ini merupakan langkah awal yang baik menuju upaya penyelesaian masalah. Meski begitu, evaluasi yang tepat diperlukan untuk memperbaiki hal-hal yang tidak berjalan dalam beberapa bulan terakhir.
Semua pihak terkait di pemerintahan harus duduk bersama dan membahas tantangan tersebut, sebelum bekerja serius untuk memperbaikinya. Hal itu jika mereka ingin mewujudkan visi Presiden Prabowo tentang ketahanan pangan dan peningkatan kesehatan anak-anak. Pemerintah dapat belajar dari banyak program serupa di luar negeri.
Tidak ada waktu yang lebih baik untuk meninjau program tersebut dibandingkan sekarang, sebelum para siswa kembali ke sekolah setelah usai liburan, pada akhir bulan ini.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.