TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Asia Tenggara berisiko tinggi diserbu kabut asap

A. Muh. Ibnu Aqil (The Jakarta Post)
Jakarta
Fri, June 23, 2023

Share This Article

Change Size

Asia Tenggara berisiko tinggi diserbu kabut asap
Read in English

S

ebuah think tank Singapura telah memperingatkan bahwa Asia Tenggara berisiko tinggi mengalami kabut asap lintas batas yang parah pada semester dua tahun 2023. Serbuan kabut asap ini adalah salah satu dari tantangan yang harus dihadapi selain musim kering dan tekanan pasar dari komoditas pertanian.

Dengan dimulainya fenomena cuaca El Niño yang lebih panas, Singapura sedang dalam keadaan siaga penuh karena musim kemarau tahunan menaikkan risiko kebakaran lahan dan hutan di negara tetangganya, Indonesia dan Malaysia. Selain itu, masih ada potensi kabut asap dan polusi udara akibat kebakaran.

Menurut laporan Haze Outlook 2023 yang dirilis oleh Singapore Institute of International Affairs (SIIA), kawasan tersebut telah menerima peringatan siaga yang menunjukkan kemungkinan terjadinya kabut lintas batas tahun ini.

Tahun ini menjadi tahun pertama wilayah tersebut diberi peringkat tertinggi sejak laporan diluncurkan pada 2019. Saat itu, terjadi kebakaran lahan dan hutan besar-besaran yang melanda 1,6 juta hektar lahan di Indonesia dan menyebabkan krisis polusi udara lintas batas selama empat bulan.

“Setelah tiga tahun menikmati langit biru yang relatif bebas kabut, tahun ini kembali ada risiko nyata kebakaran dan kabut,” kata ketua SIIA Simon Tay kepada pers dalam konferensi daring dari Singapura, Rabu lalu.

Aaron Choo, salah satu penulis laporan tersebut, mengatakan bahwa faktor utama penyebat kabut adalah cuaca, yaitu kemarau yang akan datang, sesuai berbagai ramalan meteorologi.

Menurut Choo, terdapat dua fenomena cuaca regional yang menonjol, merujuk kepada El Niño dan suhu laut yang lebih hangat di Samudera Hindia. Situasi yang sama terjadi juga pada tahun 1997, 2015 dan 2019. Di tahun-tahun itu, kabut lintas batas di Asia Tenggara menjadi sangat buruk.

“Dari cuaca, bisa diprediksi risiko nyata datangnya kemarau panjang dengan kemungkinan kebakaran yang lebih besar dari biasanya,” ujar Choo.

Selain musim kemarau, tren pasar dalam beberapa tahun terakhir juga telah mempengaruhi peningkatan risiko kabut asap lintas batas.

Choo mencatat bahwa dari 2020 hingga 2022, harga komoditas produk seperti minyak sawit sangat tidak stabil, awalnya karena pandemi COVID-19 yang membatasi produksi. Kemudian terjadi perang Rusia-Ukraina pada tahun 2022 yang menyebabkan krisis energi dan kenaikan harga.

Pada 2022, terjadi serapan akibat penanaman serta penghijauan kembali kelapa sawit, tambah Choo, kemungkinan sebagai respons terhadap krisis atau penundaan penanaman karena pandemi.

Indonesia dan Malaysia adalah produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Sedangkan kelapa sawit merupakan jenis komoditas yang telah dikaitkan dengan deforestasi dan diperdebatkan dalam politik Singapura sebagai penyebab kabut asap lintas batas.

Di masa lalu, pihak berwenang Singapura telah berupaya membawa kasus tersebut ke pengadilan, tetapi sebagian besar upaya tersebut gagal.

Bagaimana pun, para peneliti SIIA menyambut baik kebijakan yang telah disiapkan kedua negara Indonesia dan Malaysia pada tahun ini. Mereka mengatakan bahwa “sedang dalam proses” untuk mengurangi deforestasi dan mencegah kebakaran.

Tay mengatakan bahwa Indonesia dan Malaysia “telah memperbaiki kebijakan mereka” dan bahwa kedua belah pihak bahkan telah mengambil langkah memberi peringatan lebih awal. “Kami hanya berharap mereka melanjutkan [dengan yang mereka lakukan], tetapi yang sebenarnya jadi ujian adalah cuaca,” kata Tay.

Di sisi lain, direktur eksekutif Yayasan Madani Nadia Hadad memperingatkan bahwa ada risiko tinggi terjadi kebakaran di konsesi kelapa sawit pada tahun ini. Peringatan didasarkan data dari pengamat kelapa sawit palmoil.io pada kuartal pertama tahun ini yang menemukan bahwa sekitar 2.700 hektar daerah hutan alami telah digunduli.

Data palmoil.io juga menemukan bahwa sekitar 1.100 hektar lahan gambut telah dibuka untuk kelapa sawit, sehingga menempatkannya pada risiko kebakaran yang sama.

“Bahkan tanpa data ini pun, kami sudah bisa memprediksi tingginya risiko kebakaran hutan dan lahan akibat El Niño,” kata Nadia kepada The Jakarta Post, Kamis lalu.

Nadia mengatakan selain upaya mitigasi kebakaran yang biasa, pemerintah Indonesia perlu melarang pembukaan dan pengeringan lahan gambut dan meminta pertanggungjawaban pemegang konsesi, terutama yang wilayahnya telah berulang kali terbakar.

Menanggapi laporan kabut asap, Direktur Sumber Daya Alam dan Ekosistem dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Thomas Nifinluri mengatakan bahwa analisis cuaca dan iklim, termasuk oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sudah mengantisipasi tingginya risiko kebakaran tahun ini akibat fenomena cuaca kering.

Untuk mengantisipasi bahaya kebakaran lahan dan hutan akibat El Niño dan berubahnya suhu perairan Samudera Hindia yang menghangat, KLHK berencana  bersama-sama meningkatkan intensitas patroli darat dan udara dengan instansi pemerintah lainnya.

“Kami juga akan menggunakan teknologi modifikasi cuaca untuk menjaga lahan gambut tetap basah dan membantu memadamkan api,” kata Thomas kepada The Jakarta Post, Kamis lalu.

Menurut data terbaru dari pemerintah, sekitar 28.019 hektar daerah lahan dan hutan terbakar antara Januari hingga pertengahan Juni tahun ini.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.