ampak kudeta di Myanmar 2021 akan membayangi KTT ASEAN ke-42 di Indonesia minggu ini. Junta militer Myanmar memang tidak hadir dalam KTT. Namun Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah menyatakan penyesalan atas serangan terhadap konvoi diplomatik yang membawa bantuan kemanusiaan di negara yang dilanda konflik tersebut.
Sebagai ketua ASEAN sekaligus tuan rumah KTT regional tahun ini, Indonesia telah berusaha mengimplementasikan rencana perdamaian lima poin yang disepakati dengan Myanmar dua tahun lalu. Dalam perjanjian yang dikenal sebagai Five-Point Consensus (5PC) tersebut, terdapat, antara lain, seruan penghentian kekerasan dan pemberian akses pada bantuan kemanusiaan. Era pandemi pun telah memicu bentrokan sengit antara pasukan junta dan masyarakat yang melawan.
Sekarang, hanya beberapa hari sebelum membuka KTT, Jokowi harus bersikap keras pada pihak yang bertikai, setelah misi yang melibatkan pusat koordinasi ASEAN untuk bantuan kemanusiaan dalam penanganan bencana (ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance atau AHA Centre) terjebak dalam baku tembak.
“Kemarin [hari Minggu], tim pemantau dari ASEAN menemani AHA Center untuk mendistribusikan bantuan [di Myanmar]. Kami sangat menyayangkan terjadi baku tembak di tengah perjalanan mereka,” kata Presiden dalam video yang dikeluarkan dari Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Senin kemarin.
Jokowi tidak merinci lebih lanjut terkait insiden, tetapi menegaskan bahwa serangan tidak akan menghalangi upaya ASEAN dan Indonesia untuk menjadi juru damai di Myanmar. “Berhentilah menggunakan kekerasan. Hentikan kekerasan ini, karena rakyat yang menderita. Kondisi seperti ini tidak akan memenangkan siapa pun. Mari kita duduk bersama dan berdialog mencari solusi bersama,” tegas Jokowi.
Belakangan, satu sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan pada AFP bahwa menurut laporan, konvoi beberapa kendaraan yang melakukan perjalanan di kota Taunggyi di negara bagian Shan, Myanmar, diserang oleh kelompok bersenjata tak dikenal pada Minggu. Konvoi tersebut membawa diplomat dari kedutaan besar Indonesia dan Singapura serta pejabat AHA Center yang mengkoordinir bantuan kemanusiaan.
Tidak ada korban yang dilaporkan dari insiden itu, dan tidak ada kelompok bersenjata yang mengaku bertanggung jawab. Meski belum jelas siapa tokoh yang berada di balik penyerangan, beberapa aktivis dan pengawas telah menuduh bahwa rezim junta terlihat mendistribusikan bantuan dari ASEAN kepada militer.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.