TheJakartaPost
Please Update your browser
Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.
Ekspor anjlok, impor naik, neraca perdagangan RI surplus tipis
Surplus perdagangan Februari merupakan yang terendah dalam sembilan bulan terakhir.
Change text size
Gift Premium Articles
to Anyone
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Daily workload: Containers are loaded onto a vessel at the Pelindo II Port in Tanjung Priok, North Jakarta, on Nov. 15, 2022. (Antara/Muhammad Adimaja)
S
urplus neraca perdagangan Indonesia turun ke level yang paling rendah selama beberapa bulan terakhir karena anjloknya ekspor dan melonjaknya impor pada Februari 2024. Demikian menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Jumat 15 Maret.
Penjabat sementara Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers pada hari Jumat mengatakan bahwa surplus perdagangan Indonesia mencapai US$870 juta pada Februari. Surplus tersebut menandai neraca perdagangan positif selama 46 bulan berturut-turut.
Namun, angka tersebut merupakan yang terendah sejak Mei tahun lalu. Saat itu surplus perdangangan RI mencapai $430 juta dan sudah merupakan angka terendah dalam 37 bulan.
Menurut BPS, ekspor Indonesia anjlok 9,45 persen year-on-year (yoy) menjadi $19,31 miliar.
Produk ekspor utama Indonesia seperti minyak sawit mentah (CPO), besi dan baja, serta batu bara mengalami penurunan nilai. Dari data BPS, terlihat bahwa CPO turun sebesar 39,6 persen, besi dan baja turun 22,1 persen, dan batu bara turun 18,7 persen. Angka penurunan merupakan hasil perbandingan dengan ekspor pada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Penurunan permintaan CPO disebabkan oleh terbukanya jalur perdagangan baru produk alternatif, seperti minyak bunga matahari, yang membuat harga CPO turun. Selain itu, stok CPO di China dan India juga masih tinggi,” jelas Amalia.
Sementara itu, impor pada Februari melonjak 15,84 persen yoy menjadi senilai $18,44 miliar. Oleh Amelia, kenaikan itu dikaitkan dengan peningkatan pengiriman peralatan listrik, peralatan mekanis, dan plastik.
