ulan Mei 2023 menandai dua puluh lima tahun era Reformasi. Awal dimulainya, ada harapan akan demokrasi dan pemenuhan hak-hak sipil yang lebih baik. Namun ternyata kondisi Indonesia saat ini justru mirip keadaan di masa lampau, dan ada upaya-upaya yang dicemaskan oleh para pengamat akan mengembalikan negara ini ke situasi yang dikenal sebagai ciri khas rezim Orde Baru.
Pada 12 Mei 1998, hingga sepuluh hari setelahnya, Jakarta dilanda kerusuhan rasial yang mengguncang seluruh negeri. Semua bermula dari arak-arakan pawai perdamaian yang digerakkan oleh mahasiswa yang berakhir kacau, dipicu penembakan empat orang mahasiswa Universitas Trisakti oleh aparat keamanan.
Presiden Soeharto akhirnya mengundurkan diri pada 21 Mei tahun itu. Kemudian angkatan bersenjata Indonesia juga melepaskan peran mereka dalam urusan sipil, yang kemudian memungkinkan berkembangnya demokrasi.
Namun, saat ini, kebebasan sipil yang susah payah diperjuangkan itu sedang diserang. Tentara Nasional Indonesia (TNI) saat ini sedang mengajukan usulan revisi undang-undang yang, jika disahkan, akan menempatkan lebih banyak perwira militer aktif serta pensiunan tentara dalam politik dan birokrasi sipil.
“Dalam demokrasi yang kita perjuangkan, tanggung jawab TNI adalah semata-mata melindungi kedaulatan negara dari ancaman asing,” kata direktur eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid kepada The Jakarta Post. “Kalau militer dibiarkan masuk [ke kantor publik], akan menjadi ancaman bagi demokrasi negara. Karena memasukkan tentara ke kantor publik artinya menempatkannya di depan rakyat,” kata Usman yang juga mahasiswa Trisakti saat kerusuhan 1998 terjadi.
Revisi UU TNI yang diusulkan adalah upaya terbaru, kata para aktivis, untuk lebih menguatkan cengkeraman militer dalam kehidupan masyarakat sipil. Tahun lalu, Kementerian Dalam Negeri melantik perwira aktif dan pensiunan tentara sebagai kepala daerah, yang proses pengangkatannya menurut banyak orang kurang transparan.
Rahasia masa lalu
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.