Merhtens, pilot maskapai Susi Air yang beroperasi di wilayah perbatasan, diculik oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) pada Februari, setelah melakukan penerbangan rutin ke Kabupaten Nduga, Provinsi Dataran Tinggi Papua. TPNPB adalah afiliasi dari Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Selama lima bulan Merhtens disandera, pemerintah mengakui telah memprioritaskan perundingan damai, meski hal itu tidak mencegah pecahnya bentrokan antara aparat keamanan dan TPNPB selama beberapa kali.

Di tengah negosiasi yang lambat, Kepala Komnas HAM Papua Frits Ramandey mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan Ketua TPNPB Egianus Kogoya mengenai kondisi Mehrtens.

“Sejauh ini, Egianus masih menghormati dan memperlakukan Merhtens secara manusiawi,” kata Frits, Senin lalu, seperti dikutip Kompas.id. Ia tambahkan bahwa Merhtens dalam keadaan sehat.

Frits lalu mengatakan bahwa meski Komnas HAM Papua akan menjaga komunikasi dengan TPNPB, namun mereka juga mendesak pemerintah untuk segera menunjuk negosiator. Saat ini, TPNPB telah menunjuk negosiatornya sendiri untuk berhubungan dengan pemerintah.

“Pembicaraan antarnegosiator hanyalah tahap awal. Dalam pembicaraan tersebut [diharapkan] syarat [pembebasan Merhtens] bisa disepakati oleh kedua belah pihak,” kata Frits. “Penyelamatan Philip sangat penting untuk keselamatan masyarakat di Nduga. Jika ada kesalahan tindakan, berpotensi memicu konflik antara TPNPB dan pasukan keamanan.”