Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah membuat klaim kontroversial dengan mengatakan bahwa ia punya akses penuh terhadap informasi intelijen tentang urusan internal setiap partai politik. Klaim tersebut memicu kekhawatiran adanya potensi penyalahgunaan kekuasaan terhadap badan keamanan negara demi keuntungan pribadi Jokowi.
Berbicara pada rapat umum Seknas Jokowi, sekelompok relawan yang setia mendukungnya sejak pemilihan presiden tahun 2014, pada hari Sabtu, Presiden menekankan kemampuannya mengakses informasi intelijen tentang setiap tindakan partai politik.
Dalam sebagian besar pidatonya yang berdurasi 25 menit, Presiden berbicara tentang perlunya seorang pemimpin yang “konsisten” dan punya kemampuan untuk “mengumpulkan kepercayaan masyarakat” dalam tiga pemilu terpenting, yaitu pada 2024, 2029, dan 2034. Tiga pemilu tersebut akan menentukan apakah Indonesia mampu mencapai kesuksesan dan bisa menjadi bangsa yang maju.
“Saya tahu seluk-beluk partai politik. Saya tahu partainya apa, saya juga paham mereka mau ke arah mana. Informasi yang saya terima dari intelijen, sudah lengkap,” kata Jokowi.
Dengan membanggakan kendali yang ia miliki atas Badan Intelijen Negara (BIN) dan badan intelijen militer dan kepolisian, Jokowi menyatakan bahwa ia tahu betul aktivitas internal yang sedang berlangsung dan apa yang terjadi di balik pintu tertutup setiap partai politik.
“Data angka dan survei, semuanya ada. Saya punya semuanya dan itu hanya milik Presiden, karena semua melapor langsung ke saya,” kata Jokowi.
Pernyataan Jokowi tersebut dilatarbelakangi pembentukan koalisi partai politik jelang pemilu presiden mendatang. Sebelumnya, Presiden pernah menyatakan berniat melakukan intervensi, dan menyebut istilah Bahasa Jawa “cawe-cawe” yang artinya ikut campur, atas dasar kepentingan nasional.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.