Mantan presiden Megawati Soekarnoputri memanfaatkan peringatan 51 tahun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada Rabu 10 Januari untuk mengkritik beberapa pemimpin. Tanpa menyebut nama, ia menggambarkan mereka sebagai sosok yang “haus kekuasaan” menjelang pemilihan umum 2024.
Berpidato pada acara ulang tahun partai tersebut, ketua umum PDIP memperingatkan anggota partainya untuk tidak menggunakan pemilu sebagai sarana mempertahankan kekuasaan. Sorotan Megawati terkait mempertahankan kuasa ini disebut beberapa pengamat sebagai sindiran yang ditujukan kepada Presiden Joko “Jokowi” Widodo.
Dengan mengusung tema satyam eva jayate, sebuah frasa Sansekerta yang berarti “hanya kebenaran yang menang”, sang ketua partai menyampaikan pidato yang intinya mempromosikan kejujuran dalam politik.
“Pemilu bukanlah alat bagi kelompok elit untuk memperluas kekuasaan mereka dengan menghalalkan segala cara. Ada moral dan etika pemilu yang harus dijunjung tinggi,” kata Megawati. Acara diselenggarakan di Kantor Pusat Pendidikan dan Latihan milik partai di Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
“Kekuasaan tidak langgeng. Ada masa berhentinya, apa pun jabatannya. Yang langgeng hanya Tuhan,” ujarnya.
Dalam pidato berapi-api berdurasi satu jam yang disiarkan langsung di kanal YouTube, Megawati mengingatkan adanya orang-orang yang berniat memecah belah bangsa demi merebut kekuasaan. Politisi senior tersebut mengkritik keras pihak-pihak yang memanipulasi hukum demi keuntungan mereka sendiri, dan tidak memperhitungkan keberadaan para pemilih. Tanpa menyebut nama, Megawati berkata bahwa orang-orang tersebut “haus kekuasaan”. Ia mendesak mereka untuk memupuk eling, sebuah istilah Bahasa Jawa yang berarti mengingat dan memahami. Dalam konteks ini, Megawati mengajak mereka mengingat kembali warisan perjuangan para pemimpin masa lalu.
“Anda tahu saya pernah menjadi presiden. Setelah pemilu, saya tidak meributkan apa-apa. Kalau memang rakyat memilih, ya biar saja,” kata pemimpin partai itu.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.