PDI-P mengincar nama-nama besar untuk dicalonkan dalam pemilihan kepala daerah. Nama Anies Baswedan, Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama, hingga para menteri perempuan Sri Mulyani dan Tri Rismaharini mengemuka.
artai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sedang mempertimbangkan kandidat-kandidat terkemuka untuk dicalonkan dalam pemilihan gubernur Jakarta mendatang. Langkah tersebut dapat digunakan oleh partai dalam mencari bintang baru pengganti Presiden Joko “Jokowi” Widodo.
Ketika partai-partai mulai berganti fokus mengarah pada pemilihan kepala daerah (pilkada) November mendatang, PDI-P mengincar nama-nama besar untuk diajukan sebagai calon. Nama yang mengemuka mulai dari calon presiden yang kalah, sekaligus mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan. Pendahulu Anies, Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama juga disebut, hingga menteri-menteri perempuan yang disegani, Sri Mulyani dan Tri Rismaharini.
Gilbert Simanjuntak, Ketua Dewan Pengurus PDI-P Jakarta yang membidangi pendidikan dan pelatihan, menyebut bahwa nama Sri Mulyani dan Risma adalah calon potensial bersama dua nama lainnya, yaitu mantan Panglima TNI Andika Perkasa dan Ketua PDI-P cabang Jakarta Ady Wijaya.
Menurut Gilbert, nama-nama lain masih bisa masuk daftar. Hingga 20 Mei, partai yang berkuasa tersebut membuka pintu bagi siapa pun yang ingin mencalonkan diri di Jakarta dengan dukungan PDI-P. “Nama-nama calon potensial nantinya akan dipilih oleh pengurus daerah dan diserahkan kepada pengurus pusat, yang akan mengambil keputusan akhir atas calon tersebut,” kata Gilbert.
Di sisi lain, Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto awal pekan ini mengatakan bahwa partainya masih dalam proses mengkaji nama-nama calon yang berpotensi diajukan untuk seluruh.pilkada yang akan dilakukan di seluruh Tanah Air, November mendatang.
Untuk wilayah Jakarta, Hasto mengakui bahwa Ahok dan Anies termasuk di antara nama-nama yang mencuri perhatian publik. Ada pembicaraan tentang kemungkinan dua tokoh politik tersebut berpasangan dalam pilkada Jakarta, kota yang akan segera kehilangan statusnya sebagai ibu kota negara.
Kedua tokoh yang sama-sama punya pendukung fanatik tersebut pernah bersaing dalam pemilihan gubernur pada 2017. Saat itu, situasinya sangat memecah belah, yang memperlihatkan kampanye yang terpolarisasi dan penuh ketegangan. Kondisi pemilihan menyebabkan perpecahan antaragama dan etnis di ibu kota.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.