TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

KTT trilateral idaman

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Mon, October 2, 2023

Share This Article

Change Size

KTT trilateral idaman Top delegates at the ASEAN-US Summit (from left), Philippine President Ferdinand Marcos Jr., Singaporean Prime Minister Lee Hsien Loong, Thai Permanent Secretary of the Ministry of Foreign Affairs Sarun Charoensuwan, Vietnamese Prime Minister Pham Minh Chinh, United States Vice President Kamala Harris, Indonesian President Joko “Jokowi” Widodo, Lao Prime Minister Sonexay Siphandone, Brunei Sultan Hassanal Bolkiah, Cambodian Prime Minister Hun Manet, Malaysian Prime Minister Anwar Ibrahim and Timor-Leste Prime Minister Xanana Gusmao, pose for a “family photo” on on Sept. 6, 2023 during the 43rd ASEAN Summit in Jakarta. (Reuters/pool/Bay Ismoyo) (Reuters/POOL)
Read in English

K

etegangan di antara tiga negara Asia Utara, yakni China, Jepang, dan Korea Selatan, disebut-sebut sebagai yang paling bergejolak di dunia. Klaim wilayah yang tumpang tindih dibarengi unjuk kekuatan militer dan ekonomi sedang dialami China, sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua, Jepang yang ada di posisi tiga, dan Korea Selatan yang merupakan negara dengan perekonomian ke-12 di dunia.

Meskipun mengalami konflik politik dan perbatasan, ikatan ekonomi di antara negara-negara tersebut sangat erat. Bisa dipastikan mereka akan menderita jika perselisihan memburuk atau meningkat menjadi konflik terbuka.

Kabar baiknya, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol akan segera menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi trilateral dengan Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Pertemuan diharapkan berlangsung sebelum akhir tahun ini.

Ketiga pemimpin pada prinsipnya sepakat berjumpa lagi setelah pertemuan terakhir mereka pada Desember 2019 di Chengdu, provinsi Sichuan, China.

Pada awal September lalu, saat KTT ke-43 ASEAN dan KTT Terkait Lain di Jakarta, Perdana Menteri China Li Qiang, Perdana Menteri Kishida, serta Presiden Yoon setuju untuk melanjutkan KTT trilateral. Mereka sadar bahwa komunikasi langsung di antara mereka akan membantu mengurangi ketegangan.

Presiden Xi diperkirakan akan hadir dalam pertemuan mendatang.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

ASEAN berharap bahwa ketiga mitra dialognya, China, Jepang, dan Korea Selatan bersedia memulihkan hubungan guna mengurangi ketegangan di kawasan. Pasalnya, masalah ekonomi atau keamanan yang melibatkan ketiga raksasa ekonomi Asia tersebut pasti akan berdampak signifikan terhadap masyarakat di Asia Tenggara.

ASEAN telah mengadakan pertemuan puncak tahunan bersama ketiga negara China, Jepang, dan Korea Selatan sejak 1999. Ketiga negara tetangga di utara tersebut merupakan mitra penting bagi blok Asia Tenggara. Sejauh ini, kerja sama ekonomi dengan mereka terjalin baik. Tiga negara tersebut juga memberi bantuan pembangunan kepada masing-masing negara anggota ASEAN.

Kerjasama ASEAN dan ketiga negara tersebut sesuai prinsip saling menguntungkan dan kesetaraan. ASEAN yang beranggotakan 10 negara ini memiliki populasi gabungan lebih dari 670 juta jiwa dan produk domestik bruto gabungan sebesar $3,7 triliun dolar Amerika yang diproyeksikan akan terus meningkat. ASEAN mewakili perekonomian terbesar ketiga di Asia dan terbesar kelima di dunia.

Karena hubungan tersebut, perdamaian dan stabilitas regional akan mendorong kerja sama antara ASEAN dan ketiga mitranya di Asia Utara ke tingkat yang baru. Masalahnya, para mitra sedang terjebak dalam konflik berkepanjangan di antara mereka.

Perselisihan yang sedang berlangsung, salah satunya, mengenai sejarah pendudukan Jepang di Korea Selatan. Kemudian ada juga klaim wilayah yang tumpang tindih, meskipun Yoon telah berulang kali mengatakan akan menormalisasi hubungan dengan Tokyo.

Kekhawatiran paling serius China terhadap dua negara tetangganya tersebut adalah jika mereka menjalin kerja sama militer dengan sang musuh bebuyutan: Amerika Serikat.

Agustus lalu, Presiden Joe Biden mengadakan pertemuan dengan Kishida dan Yoon di Camp David. Saat itu mereka menyepakati kerja sama militer dan strategis yang lebih erat. Tokyo dan Seoul membutuhkan Washington untuk menghadapi China dan Korea Utara.

Hubungan Beijing dengan Seoul memburuk sejak 2017 karena penempatan sistem antimisil AS di Korea Selatan. Seoul juga telah dengan tegas menolak permintaan Beijing agar menarik senjata tersebut.

Sumber utama meningkatnya ketegangan dan ancaman terhadap keamanan di wilayah China adalah ancaman Korea Utara sebagai produsen senjata nuklir dan kecenderungannya untuk menggunakan senjata mematikan tersebut sebagai balas dendam. Ketegangan makin parah saat Beijing berniat menggunakan kekuatan militer, meski menyebut “jika diperlukan”, untuk mengintegrasikan Taiwan ke China Daratan. Semua mempengaruhi tensi di kawasan.

Dua minggu setelah pertemuan di Camp David, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyebut ketiga pemimpin tersebut sebagai "para ketua geng" dan mengkritik pengumuman soal latihan militer trilateral sebagai "langkah konfrontatif AS dan musuh lain yang sembrono ". Ia menyebut bahwa latihan militer berkontribusi terhadap ketidakstabilan dan meningkatkan ketegangan serta risiko perang nuklir.

Kim pandai mengecam negara lain, terutama AS, Jepang, dan Korea Selatan. Namun, ia juga harus menyadari bahwa dunia melihat tindakan Pyongyang sebagai ancaman terhadap perdamaian dan keamanan global. Kim terobsesi punya kemampuan nuklir untuk melawan negara-negara tetangganya.

Mari berharap bahwa China, Jepang, dan Korea Selatan segera mengadakan pertemuan puncak. Semoga para pemimpin tiga negara Utara siap berkompromi satu sama lain. Mereka harus memikirkan tak hanya kepentingan nasional negara sendiri, tetapi juga keamanan dan stabilitas di kawasan Asia, juga di dunia.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.