TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Israel selalu benar?

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Thu, October 26, 2023

Share This Article

Change Size

Israel selalu benar? FILE PHOTO: People inspect the area of Al-Ahli Hospital on Oct. 18, 2023, where hundreds of Palestinians were killed in a blast that Israeli and Palestinian officials blamed on each other, and where Palestinians who fled their homes were sheltering amid the ongoing conflict with Israel, in Gaza City. (Reuters/STRINGER)
Read in English

O

rganisasi-organisasi media Barat menghadapi naiknya kritik karena liputan berita mereka mengenai perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung di Gaza tidak hanya dianggap bias tetapi juga sering kali tidak seimbang. Mereka menggambarkan seolah-olah Israel yang benar dan Hamas yang salah. Perang yang telah merenggut ribuan nyawa baik di sisi Israel maupun sisi Palestina, mengingatkan kita bahwa dalam perang, umat manusialah yang dirugikan.

Israel dan banyak negara lainnya sangat marah ketika Hamas membombardir, membantai juga menculik orang-orang tak bersalah dalam serangan mendadak di wilayah Israel pada tanggal 7 Oktober. Mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut harus diadili di Pengadilan Kejahatan Internasional (the International Court of Crime atau ICC).

Pemerintah Israel bertanggung jawab untuk melindungi warga negaranya. Namun perang yang dilancarkan Israel membuktikan bahwa negara itu tidak hanya melakukan pembalasan namun juga menerapkan kebijakan bumi hangus di Gaza. Israel menutup mata terhadap resolusi PBB dan resolusi kemanusiaan internasional. Serangan udara Israel menghantam Gaza setiap hari, menyasar kawasan warga sipil seperti rumah sakit dan pemukiman, dan menewaskan ribuan orang tak bersalah, termasuk wanita dan anak-anak.

Ketika Israel bermaksud mengusir lebih dari satu juta warga Palestina dari tanah air mereka di Gaza, media Barat membangun narasi bahwa tindakan Israel adalah upaya pembelaan diri.

Seperti yang dikatakan oleh Duta Besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, “Sejarah bagi beberapa media dan politisi dimulai ketika orang Israel dibunuh.”

Liputan media mengenai perang di Gaza kini didominasi oleh media Barat, yang pemiliknya tampak didikte oleh pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ketika organisasi media menguasai berita global, orang-orang di seluruh dunia tidak bisa tidak bergantung pada pemberitaan dan informasi yang sering kali hanya sepihak, sekaligus merupakan disinformasi.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Masyarakat Indonesia tidak mengetahui apa yang terjadi di Gaza. Sebuah saluran TV swasta mencoba menampilkan siaran langsung, menghadirkan staf sebuah rumah sakit Indonesia di Gaza. Namun, karena ia bukan jurnalis dan aksesnya terhadap sumber-sumber primer terbatas, kita tidak bisa berharap banyak dari laporan semacam itu.

Dapat dikatakan bahwa ketika orang-orang di luar medan perang mengakses informasi dan analisis mengenai perang, informasi tersebut cenderung memiliki bias yang menguntungkan Israel. Kelompok-kelompok media raksasa terus-menerus menghadapi kritik karena bertindak sebagai mesin propaganda bagi Israel dan para pendukungnya, bukan sebagai pembawa pesan yang sebenarnya.

Media Barat selalu mengklaim menjunjung tinggi dasar-dasar jurnalisme yang baik. Namun prasangka mereka terhadap Hamas dan keistimewaan yang mereka berikan kepada Israel, bahwa seolah-olah negara Yahudi tidak bisa berbuat salah, menunjukkan keberpihakan mereka terhadap Israel. Mereka bahkan cenderung memihak Israel sejak awal.

BBC yang berbasis di London mengakui pemberitaan yang tidak seimbang mengenai perang tersebut. “Kami menerima keluhan dari orang-orang yang merasa bahwa laporan kami mengenai konflik tersebut bias terhadap Israel. Ada juga keluhan dari mereka yang menganggap laporan tersebut bias terhadap Palestina.”

Saat wawancara, Duta Besar Palestina untuk Inggris Husam Zomlot berbicara kepada BBC tentang standar ganda mengenai konflik Israel-Palestina dalam liputan media Barat, termasuk di BBC. Zomlot mengatakan ada kecenderungan di kalangan media Barat untuk fokus pada penderitaan Israel dan mengabaikan kekerasan yang telah dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina selama puluhan tahun.

Beberapa kelompok media berusaha keras melaporkan tanpa memihak dan secara seimbang, langsung dari Gaza. Namun militer Israel dan negara-negara Barat tahu betul cara menjaga agar komunitas global tidak mendapat informasi yang dapat dipercaya dari lapangan.

Perlu diketahui, Dewan Pers menghimbau media Indonesia untuk tetap berpegang pada prinsip dan kode etik jurnalistik, termasuk kewajiban memverifikasi informasi di tengah beredarnya berita bohong, khususnya di media sosial. Secara khusus, media diimbau agar menghindari pelabelan dan stigmatisasi. Contohnya seperti yang dilakukan media Barat yang menyebut Hamas sebagai kelompok teroris.

Indonesia terus mendukung kemerdekaan Palestina dan mendukung diplomasi untuk mewujudkan solusi menguntungkan bagi dua negara. Media dapat berkontribusi pada pemulihan perdamaian, yang akan membuka jalan bagi perwujudan impian.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.