Tapi ini juga musim liburan. Natal sudah dekat, dan Tahun Baru akan segera tiba.

Inilah saatnya menghabiskan waktu berkualitas dan bersantai bersama keluarga dan kerabat. Sayangnya, di dunia pasca-COVID-19, ancaman kesehatan masih tetap ada, tak peduli ini masa berlibur dan bergembira.

Dapat dikatakan bahwa masa liburan, ditambah siklus musim di Indonesia, meningkatkan risiko bahaya pada kesehatan. Namun, kita sering abai pada risiko tersebut.

Pemerintah telah bersiap menghadapi gelombang pergerakan masyarakat. Diprediksi jutaan orang akan memadati jalan dan kota untuk berlibur, terutama di sekitr tempat wisata, di seluruh nusantara. Situasi ini diperkirakan akan terjadi hingga akhir tahun.

Menurut survei Kementerian Perhubungan terbaru, 107 juta orang, atau 40 persen penduduk Indonesia, berencana melakukan perjalanan selama liburan Natal dan Tahun Baru kali ini. Dari data tersebut, sekitar 40 juta dari mereka akan mengendarai mobil, sementara 20 juta lainnya akan mengendarai sepeda motor. Hampir setengah dari wisatawan, sekitar 45 persen, diperkirakan akan mengunjungi destinasi wisata populer, seperti Yogyakarta, Bandung di Jawa Barat, dan pulau dewata Bali.

Jumlah wisatawan tahun ini meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan angka tahun lalu. Meski menurut pihak kementerian tetap belum kembali ke angka sebelum pandemi.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga telah mengeluarkan peringatan potensi banjir di beberapa provinsi. Diperkirakan banjir terjadi saat libur akhir tahun, karena Tanah Air sudah memasuki musim penghujan.

Bulan lalu, hujan lebat menyebabkan banjir di beberapa daerah antara lain Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Barat. Tak ayal, kabar banjir juga diantisipasi di Jakarta.

Pada saat yang sama, Kementerian Kesehatan telah mengimbau masyarakat menaikkan kewaspadaan karena terdapat peningkatan kasus subvarian baru COVID-19. Peningkatan jumlah kasus terjadi di dalam negeri, juga di seluruh dunia.

Berdasarkan data kementerian, hingga Kamis, 14 Desember, terdapat 1.499 kasus aktif COVID-19 yang terdeteksi otoritas kesehatan. Sejumlah 359 kasus adalah kasus baru di hari yang sama. Kementerian juga mencatat adanya lima kematian akibat COVID-19 sejak pekan lalu.

EG.5, yang secara informal dijuluki “Eris”, dan EG.2 telah menjadi subvarian Omicron yang dominan di Indonesia. Infeksi EG.5 menunjukkan gejala yang mirip dengan subvarian lainnya. Para penderita akan merasakan demam, kelelahan, pilek, dan sakit tenggorokan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada bukti EG.5 menyebabkan gejala yang lebih parah. Namun, organisasi tersebut mencatat bahwa diperlukan evaluasi risiko yang lebih komprehensif pada sublineage EG.5 yang muncul seperti HK.3 dan HV.1.

Kami tegaskan kembali imbauan pemerintah agar masyarakat yang merasa tidak enak badan segera mengenakan masker. Para lansia juga dianjurkan memakai masker. Lalu, siapa pun yang memiliki gejala sakit harus memeriksakan diri ke dokter atau petugas kesehatan lainnya.

Kementerian Kesehatan juga mengimbau masyarakat untuk menunda perjalanan ke negara-negara yang sedang mengalami lonjakan kasus COVID-19.

Sejak pertama kali dilaporkan ke WHO pada bulan Februari, EG.5 telah menyebar ke lebih dari 90 negara termasuk Tiongkok, Amerika Serikat, dan Singapura. Subvarian Omicron saat ini mencakup lebih dari separuh varian COVID-19 yang beredar secara global. Hal itu terjadi karena sifat subvariant Omicron itu bisa menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.

Awal bulan ini, otoritas kesehatan Singapura menyatakan kewaspadaan setelah negara pulau tersebut memperkirakan jumlah kasus infeksi COVID-19 meningkat dua kali lipat menjadi sekitar 22.000 kasus dari tanggal 19 hingga 25 November. Angka ini naik dari perkiraan 10.700 kasus pada minggu sebelumnya.

Negara tetangga kita yang lain, Malaysia, mencatat peningkatan beban kasus mingguan sebesar 57 persen selama minggu terakhir bulan November, dari sekitar 2.300 kasus pada minggu sebelumnya. Namun, sebagian besar kasus hanya mengalami gejala ringan.

Perlu diketahui bahwa kantor kesehatan Bandara Internasional Soekarno-Hatta bersiap untuk menerapkan kembali protokol kesehatan COVID-19 karena melonjaknya jumlah kasus di negara-negara tetangga. Penumpang akan diimbau untuk memakai masker dan menjaga kebersihan diri di bandara untuk mencegah penularan.

Cuaca di Indonesia akan menjadi lebih dingin dan basah dalam beberapa minggu mendatang. Namun, hawa juga akan menjadi lebih hangat karena kita berkesempatan menghabiskan lebih banyak waktu bersama orang-orang yang kita sayangi.

Semoga liburan Anda menyenangkan dan Anda serta keluarga selalu sehat dan aman.