TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

RI, Prancis targetkan 100 tahun hubungan diplomatik

Agar dapat diterima secara lebih luas di Indo-Pasifik, Prancis harus fokus bertindak sebagai bagian dari kekuatan lokal, dan bukannya menjadi kekuatan asing yang mendiktekan aneka syarat bagi negara-negara di kawasan tersebut.

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Fri, May 30, 2025 Published on May. 29, 2025 Published on 2025-05-29T15:32:18+07:00

Change text size

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
RI, Prancis targetkan 100 tahun hubungan diplomatik French President Emmanuel Macron (left) talks to President Prabowo Subianto on May 28, 2025, during a press conference at the Merdeka Palace in Jakarta. (Reuters/Ajeng Dinar Ulfiana)
Read in English

 

Selama kunjungan tiga hari Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Indonesia, kedua negara menandatangani serangkaian dokumen untuk menandai peringatan 75 tahun hubungan diplomatik. Kunjungan Macron menjadi dasar bagi peringatan 100 tahun hubungan bilateral pada 2050.

Dokumen yang ditandatangani mencakup berbagai hal, mulai dari budaya dan pendidikan hingga bisnis dan pertahanan. Ragam isu menunjukkan hubungan erat antara kedua negara. Presiden Prabowo Subianto menyoroti pentingnya kunjungan tersebut, dengan mencatat bahwa Macron adalah pemimpin Uni Eropa pertama yang mengunjungi Indonesia sejak Prabowo dilantik menjadi presiden. 

Menyebut Presiden Macron sebagai "sahabat karib saya", Prabowo sudah menjalin hubungan dekat dengan Presiden Prancis itu selama masa jabatannya sebagai menteri pertahanan di periode kedua Presiden Joko “Jokowi” Widodo. Hubungan yang sudah terjalin ini membuka jalan bagi sejumlah kesepakatan pengadaan alat di bidang pertahanan yang signifikan, termasuk pengadaan jet tempur Rafale, kapal selam Scorpene, dan radar kendali darat Thales.

Bisa saja terdapat asumsi bahwa, karena berada di belahan dunia yang berbeda, Prancis dan Indonesia tidak akan punya banyak kepentingan yang bersinggungan untuk menjamin kedekatan antara dua negara. Namun, penting untuk diingat bahwa Prancis memiliki wilayah seberang laut, di luar Eropa, tepatnya di Samudra Hindia dan Pasifik. Dan wilayah itu sering kali diabaikan oleh Indonesia meskipun letaknya dekat.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Pasukan militer dari kedua negara telah berkolaborasi secara aktif melalui berbagai kunjungan dan latihan. Ini termasuk Misi Clemenceau 25. Dalam misi itu, kapal induk Charles de Gaulle melakukan kunjungan pertamanya ke Indonesia, dan melakukan latihan multilateral La Perouse 25.

Sedangkan misi Jeanne d'Arc telah beberapa kali mengunjungi Indonesia. Misi ini merupakan sesi pelatihan bagi kadet akademi angkatan laut Prancis. Kunjungan terakhir mereka adalah pada 2023, dan saat itu dilakukan latihan gabungan pertama antara pasukan angkatan darat dari kedua negara, yang disebut Latihan Garuda Guerrier. Lebih jauh, Angkatan Udara dan Antariksa Prancis secara rutin hadir di langit Indonesia, dengan membawa jet tempur Dassault Rafale, selama tur Misi Pegase di kawasan Asia.

Penempatan ini memperkuat posisi Prancis sebagai kekuatan lokal Indo-Pasifik di tengah meningkatnya ketegangan global. Memang, Prancis bisa dibilang sebagai negara nomor dua paling aktif dalam latihan militer di kawasan tersebut, dan hanya bisa dikalahkan oleh Amerika Serikat. Prancis berada dalam posisi yang pas untuk lebih banyak berperan di kawasan tersebut, terutama karena AS menunjukkan kecenderungan untuk semakin mengisolasi diri dan terlibat dalam perang dagang skala penuh, bahkan dengan sekutu terdekatnya.

Agar lebih diterima secara luas di Indo-Pasifik, Prancis harus fokus untuk bertindak sebagai kekuatan lokal dan bukannya hadir sebagai kekuatan asing yang mendiktekan aneka syarat bagi negara-negara di kawasan tersebut. Salah satu cara yang efektif untuk mencapai hal ini adalah dengan mengupayakan solusi yang saling menguntungkan dalam kerja sama bisnis dan kolaborasi ekonomi dengan negara-negara di kawasan, demi memastikan manfaat dan kesejahteraan bersama.

Kerja sama yang erat tersebut sangat penting karena dunia berupaya menavigasi "benturan para raksasa", yang mengacu pada persaingan sengit dalam politik dan ekonomi antara AS dan Tiongkok. Sementara sebagian besar negara tidak mampu sepenuhnya menghindari kedua negara adikuasa tersebut, mendapati ada peluang kolaborasi baru seolah menawarkan perlindungan penting jika hubungan antara Tiongkok dan AS memburuk.

Pada akhirnya, Prancis harus menentukan apakah negara itu dapat menjadi kekuatan alternatif yang tepercaya, setidaknya bagi Indonesia, untuk mendorong kolaborasi regional yang lebih luas.

Di Jakarta, Presiden Macron menyaksikan penandatanganan berbagai nota kesepahaman (MoU), yang dilaporkan bernilai sekitar US$11 miliar. Perjanjian ini mencakup kemitraan antara raksasa pertambangan Prancis Eramet dan lembaga pengelola investasi Indonesia INA dan Danantara. Sebuah MoU juga ditandatangani antara konglomerat produk makanan Danone dan Badan Gizi Nasional, di samping beberapa perjanjian lain di sektor energi dan keuangan.

Hubungan yang kuat tersebut selanjutnya ditunjukkan oleh undangan Macron kepada Prabowo untuk menjadi tamu kehormatan pada parade Hari Bastille pada 14 Juli mendatang. Undangan termasuk permintaan kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk mengirimkan satu kontingen yang berpartisipasi dalam perayaan tersebut.

Macron mengakhiri kunjungannya pada Kamis kemarin, dengan mengunjungi Akademi Militer, tempat para calon pemimpin militer dilatih. Ia juga berkunjung ke Candi Borobudur, situs warisan dunia abad ke-8 di Magelang, Jawa Tengah. Kunjungan ini melambangkan hubungan bilateral antara kedua negara, yang berakar kuat dalam sejarah, sekaligus kesiapan kedua negara untuk menghadapi tantangan masa depan dalam upaya menggenapi seratus tahun hubungan bilateral antara Prancis dan Indonesia.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.

Share options

Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!

Change text size options

Customize your reading experience by adjusting the text size to small, medium, or large—find what’s most comfortable for you.

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!

Continue in the app

Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.