Berbicara di Forum Indonesia-Afrika (IAF) kedua di Bali, Jokowi mengatakan bahwa negara-negara berkembang harus menemukan “arah” dan “visi” baru, karena mereka jauh lebih rentan terhadap ketidakstabilan geopolitik, perlambatan ekonomi, dan ketidakpastian rantai pasokan yang sedang berlangsung.
residen Joko “Jokowi” Widodo menyerukan persatuan di antara negara-negara di belahan bumi selatan, di tengah lambannya kemajuan dunia menuju pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau SDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa. Di hadapan rekan-rekannya di Afrika, ia mengatakan bahwa Indonesia tetap berkomitmen untuk memajukan kerja sama ekonominya dengan benua tersebut.
Berbicara di Forum Indonesia-Afrika (IAF) kedua di Bali, Jokowi mengatakan bahwa negara-negara berkembang harus menemukan “arah” dan “visi” baru. Alasannya, mereka jauh lebih rentan terhadap ketidakstabilan geopolitik, perlambatan ekonomi, dan ketidakpastian rantai pasokan yang sedang berlangsung.
“Solidaritas global harus dihidupkan kembali untuk meningkatkan kerja sama Selatan-Selatan dan Utara-Selatan,” kata Presiden yang akan segera pensiun tersebut, dalam pertemuan tingkat pemimpin di IAF. Ia lanjutkan, “Sehingga kita dapat saling melengkapi dan menjadi utuh serta bahu-membahu saat kita menyelesaikan tantangan global.”
Lebih dari 1.400 peserta dari 29 negara, termasuk beberapa kepala negara, berkumpul di Bali pada Minggu 1 September, untuk memulai pembicaraan tiga hari tentang hubungan Indonesia-Afrika di forum tersebut. Tema tahun ini adalah “Semangat Bandung untuk Agenda Afrika 2063”.
AIF pertama diadakan pada 2018, saat Jakarta berupaya menghidupkan kembali hubungan diplomatik dengan Afrika. Benua tersebut pernah menjadi bagian dari Gerakan Non-Blok (GNB) yang bersejarah.
Di tengah meningkatnya ketegangan global yang berasal dari persaingan Amerika Serikat-Tiongkok, dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah berupaya untuk memantapkan dirinya sebagai suara terkemuka dari Global Selatan. Langkah tersebut merupakan adaptasi kontemporer dari peran yang dimainkannya bersama sekelompok negara Afrika selama era Perang Dingin. Indonesia menganggap dirinya sebagai kekuatan menengah.
“Indonesia berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi dalam memperjuangkan hak-hak negara-negara berkembang di belahan bumi selatan, sekaligus berperan sebagai jembatan penghubung dalam memperjuangkan kesetaraan, keadilan, dan solidaritas dalam mencapai SDGs,” kata Jokowi kepada sejawatnya di Afrika. “Ini telah menjadi komitmen Indonesia, konsisten sejak Konferensi Asia-Afrika 69 tahun lalu.”
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.