TheJakartaPost
Please Update your browser
Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.
Singapura lepas, akibat ketidakpastian atas ekspor energi hijau
Change text size
Gift Premium Articles
to Anyone
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Singaporean Senior Minister Teo Chee Hean speaks to Indonesian news outlets in Singapore on July 6, 2023. (Ministry of Communications and Information (MCI)/MCI)
S
ingapura sedang mencari negara ASEAN lain sebagai alternatif pengimpor "elektron hijau", karena perundingan dengan Indonesia tak kunjung menunjukkan kejelasan. Eletron hijau adalah istilah untuk listrik yang dihasilkan dari energi terbarukan.
Menteri Senior Singapura Teo Chee Hean mengatakan bahwa sejumlah pejabat Singapura telah mengunjungi beberapa negara, khususnya di Asia Tenggara. Teo, yang juga ketua Komite Antar Kementerian untuk Perubahan Iklim Singapura, menambahkan bahwa Singapura telah melakukan pembicaraan dengan beberapa perusahaan Australia, dan sebagian di antaranya telah menyatakan minat untuk memasok listrik ramah lingkungan ke Singapura.
"[Pembicaraan] tidak hanya dengan Indonesia," ujar Teo saat diwawancarai media massa Indonesia di Singapura pada 6 Juli.
Menurut laporan Southeast Asia's Green Economy 2023, yang diterbitkan pada Selasa lalu oleh Bain & Company, Temasek, GenZero, dan Amazon Web Services, Singapura perlu mengimpor energi bersih untuk mencapai tujuan Green Plan 2030 dan target net-zero 2050 negara tersebut.
Berdasarkan laporan tersebut, permintaan listrik di Singapura diproyeksikan mencapai 18 gigawatt (GW) pada 2050, namun potensi sumber daya energi terbarukan yang ada di Singapura hanya 0,4 GW.
Menurut Institute for Essential Services Reform (IESR), 95 persen listrik Singapura berasal dari gas alam. Namun, negara tersebut berencana mengubah hingga 30 persennya menjadi sumber terbarukan. Mulai tahun 2035, Singapura berencana menghasilkan 4 GW dari energi terbarukan.
Indonesia telah menunjukkan ketidakpastian sikap mengenai ekspor listrik dari sumber energi terbarukan.
