TheJakartaPost
Please Update your browser
Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.
Cadangan beras RI tak cukup untuk hadapi El Niño tahun depan
Change text size
Gift Premium Articles
to Anyone
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
A farmer plows rice fields with the help of two buffaloes on Nov. 2, 2020, near a rest area of the Bawean-Salatiga toll road in Central Java. Ahead of the rainy season, farmers have begun preparing for the next crop of rice. JP/PJ Leo (JP/P.J. Leo)
I
ndonesia kemungkinan akan kesulitan menjaga kecukupan pasokan beras tahun depan. Sebabnya, saat ini negara sedang berjuang mempertahankan stok karena masalah yang disebabkan oleh El Niño, serta adanya pembatasan ekspor dari negara penghasil beras lainnya.
Organisasi Meteorologi Dunia PBB menyatakan El Niño sudah berlangsung, dan 90 persen berpeluang akan terus berlanjut selama semester kedua tahun ini. Konsekuensinya, cuaca panas dan kering yang disebabkan oleh El Niño diperkirakan akan mengancam produksi pangan di seluruh Asia.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan puncak El Niño akan terjadi pada Agustus dan September, dengan intensitas lemah hingga sedang di Indonesia.
"Semoga saja stok beras kita tidak terpengaruh," kata Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi kepada The Jakarta Post pada hari Selasa.
Arief menyebutkan bahwa Presiden Joko "Jokowi" Widodo telah menginstruksikan kementerian terkait dan NFA untuk melakukan perencanaan sejak dini, agar siap menghadapi puncak El Niño.
Pemerintah telah memutuskan mengimpor beras hingga 2 juta ton tahun ini, untuk menambah cadangan beras pemerintah (CBP). Badan Urusan Logistik (Bulog) mengatakan pada 19 Juli bahwa mereka hanya memiliki cadangan sekitar 750.000 ton, jauh di bawah ambang aman sebesar 1,2 juta ton.
Menurut Arief, beras impor akan datang dari Thailand dan Vietnam. Jika tidak bisa memenuhi permintaan masyarakat, Kemendag memiliki kesepakatan dengan India untuk pengadaan 1 juta ton saat CBP menipis.
