emerintah pada Rabu lalu (15 November) mengumumkan bahwa Indonesia tidak akan menjadikan penghentian dini pembangkit listrik tenaga batu bara sebagai prioritas utama dalam program pengurangan emisi negara ini. Namun, Indonesia akan lebih fokus pada pengendalian emisi dari pembangkit listrik tenaga batu bara yang akan tetap beroperasi hingga akhir masa operasionalnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah sepakat untuk tetap mengoperasikan pembangkit listrik tenaga batu bara sampai masa operasionalnya berakhir. Namun, mereka berjanji menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi emisi karbon dari pembangkit listrik tersebut. Program tersebut digambarkan sebagai program penurunan penggunaan batu bara secara bertahap.
Hal ini berbeda dengan skema penghentian penggunaan batu bara. Dalam skema tersebut, penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara di Indonesia dihentikan lebih awal sebelum masa operasionalnya berakhir. Pemerintah telah memutuskan tidak bergantung sepenuhnya pada skema ini, tergantung pendanaan yang tersedia.
“Kementerian ESDM dan PLN telah sepakat untuk lebih fokus pada upaya pengurangan emisi dibandingkan [menutup] pembangkit listrik tenaga batu bara,” kata Jisman Hutajulu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, kepada wartawan di Jakarta, pada Rabu lalu. “[Program pensiun dini] akan terus berlanjut jika dana tersedia dan tidak mengganggu pasokan sistem [listrik],” katanya, seraya menambahkan bahwa pemerintah memilih untuk tidak terlalu mengandalkan pendanaan internasional.
Jisman menjelaskan, sebelum perjanjian jual beli listrik, yang disebut power purchase agreement (PPA), masing-masing pembangkit listrik berakhir, pemerintah akan secara perlahan mengurangi penggunaan listrik dari pembangkit listrik tenaga batu bara tersebut. Pada akhirnya, upaya ini dapat mengurangi emisi dalam proses produksi listriknya. “Kami telah memiliki armada batu bara dengan total kapasitas 48 gigawatt, yang telah kami sepakati untuk dihentikan secara bertahap. Nanti kapasitasnya akan kita turunkan sampai PPA berakhir,” ujarnya.
Berdasarkan materi presentasi PLN, pengurangan emisi akan mencakup penerapan penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture and storage atau CCS), penggunaan hydrogen untuk pembakaran, dan penggunaan amonia.
Sebelumnya, Kementerian ESDM dan para pemangku kepentingan telah menyiapkan kajian yang menunjukkan bahwa pada 2030, 15 pembangkit listrik tenaga batu bara dengan total kapasitas 4,8 GW berpotensi ditutup sebelum masa operasionalnya berakhir.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.