TheJakartaPost
Please Update your browser
Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.
Jelang Ramadhan, harga pangan melonjak 8,47 persen
Kenaikan ini merupakan yang tertinggi sejak September 2022, dan disebabkan oleh naiknya harga beras, cabai merah, telur, unggas, minyak goreng, dan komoditas lainnya.
Change Size
Vegetable vendors serve customers at Bandarjo Market in Semarang regency, Central Java, in this photo from 2016. (Antara Photo/Aditya Pradana Putra)
I
ndonesia menghadapi lonjakan harga pangan yang signifikan dengan kenaikan 8,47 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) di bulan Februari. Kenaikan terjadi seiring dengan makin dekatnya bulan Ramadan.
Menurut data baru yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari Jumat 1 Maret, kenaikan ini disebabkan oleh naiknya harga komoditas termasuk beras, cabai merah, telur, unggas, dan minyak goreng. Kenaikan ini merupakan yang tertinggi sejak September 2022.
Kenaikan harga pangan tetap terjadi meski Bank Indonesia (BI) pada 22 Februari menegaskan kembali komitmennya untuk mengendalikan inflasi. BI juga menyatakan niatnya untuk menjaga kenaikan tahunan harga-harga pangan di bawah 5 persen.
Dikutip dari data hari Jumat, angka inflasi umum tetap aman di dalam kisaran target BI, yaitu di 2,75 persen di bulan Februari. Angka ini menandai sedikit kenaikan dari pertumbuhan indeks harga konsumen (IHK) yang tercatat sebesar 2,6 persen di bulan Januari.
"Harga beras menyumbang bagian terbesar inflasi," ujar Kepala Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah dalam konferensi pers yang menyertai rilis data pada hari Jumat.
Harga eceran rata-rata beras di Indonesia mencapai Rp15.157 (US$0,97) per kilogram di bulan Februari. Artinya, terdapat kenaikan 18,41 persen yoy dan merupakan level tertinggi sejak lonjakan di Desember 2023.
Dalam hal konsumsi beras per kapita, Indonesia berada di antara negara-negara teratas di dunia.
