TheJakartaPost
Please Update your browser
Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.
BI pangkas suku bunga acuan 0,25%
Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia mengakhiri kenaikan biaya pinjaman yang telah berjalan selama lebih dari dua tahun.
Change text size
Gift Premium Articles
to Anyone
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Bank Indonesia Governor Perry Warjiyo answers questions from journalists on May 25, 2023, following the central bank’s monthly monetary policy meeting in Jakarta. (BI/Screenshot)
B
ank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps). Langkah ini mengakhiri kenaikan biaya pinjaman yang terjadi selama lebih dari dua tahun.
BI mengambil langkah memangkas suku bunga acuan setelah inflasi yang terkendali selama berminggu-minggu. Penguatan nilai rupiah juga terjadi. Penurunan suku bunga acuan dilakukan pada hari yang sama dengan dikeluarkannya keputusan suku bunga yang sangat dinanti-nantikan dari Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat.
Setelah rapat bulanan dewan gubernur bank sentral di Jakarta pada Rabu 18 September, Gubernur BI Perry Warjiyo mengumumkan penurunan Suku Bunga BI menjadi 6 persen. Menurutnya, penurunan dilakukan untuk menjaga "pertumbuhan ekonomi", yang ia proyeksikan sebesar 5,1 persen untuk tahun ini.
Pemangkasan suku bunga merupakan penurunan pertama yang dilakukan pemerintah Indonesia, sejak BI memulai siklus kenaikan suku bunga pada Agustus 2022. Siklus itu menaikkan acuan biaya pinjaman domestik sebesar total 250 bps ke level tertinggi 6,25 persen pada April tahun ini.
Pada rapat dewan gubernur sebelumnya, yang diadakan bulan lalu, Perry memproyeksikan ruang pemangkasan baru akan terbuka pada kuartal keempat tahun ini. Namun, pada Rabu kemarin, Perry menegaskan bahwa "waktunya tepat" untuk penurunan suku bunga acuan. Ia mengajukan dasar prospek ekonomi Indonesia untuk dua tahun ke depan berdasarkan "prospek global dan domestik".
Gubernur BI menyebutkan beberapa faktor di balik keputusan tersebut. Di antaranya adalah prospek inflasi yang terkendali dan nilai tukar rupiah yang stabil terhadap dolar AS. Ia juga menunjuk sinyal kebijakan moneter dari The Fed terkait suku bunga dana federal (Federal fund rate atau FFR).
"Tidak perlu menunggu [pemotongan] FFR, karena sudah ada kejelasan," kata Perry.
