ekeringan berkepanjangan di Papua Tengah ditengarai menyebabkan kelaparan yang telah menewaskan enam warga. Krisis juga menjadi alasan ribuan orang berebut makanan.
Setidaknya dua wilayah di Kabupaten Puncak menghadapi krisis pangan sejak awal Juni akibat gagal panen yang berkepanjangan karena kekeringan. Pada Minggu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendata sekitar 7.500 orang di Kabupaten Agandugume dan Lambewi telah terkena dampak. Enam orang, yakni lima dewasa dan seorang bayi meninggal, diduga karena dehidrasi dan diare.
Cuaca dingin dan curah hujan minim telah merusak talas dan ubi yang tumbuh di wilayah tersebut. Menurut Bupati Puncak Willem Wandik kepada Kompas.id pekan lalu, kondisi memaksa warga tetap mengonsumsi tanaman yang rusak. Beberapa warga yang makan umbi busuk lalu terserang sakit diare.
Berbeda dengan kebanyakan daerah di Indonesia yang beriklim tropis, kawasan Puncak memang sesuai namanya, yaitu berada di ujung atas, di ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut, hingga kerap dilanda suhu dingin di bawah 0 derajat Celcius. Kabupaten ini terletak di wilayah pegunungan tertinggi di Indonesia, Jayawijaya.
Beberapa warga telah berjalan selama dua hari dari Agandugume ke desa tetangga terdekatnya di distrik Sinak untuk mencari makanan. Namun perjalanan jauh tersebut semakin memperburuk kesehatan mereka.
Presiden Joko “Jokowi” Widodo memerintahkan anggota kabinetnya pada hari Senin untuk memperhatikan kekeringan dan kelangkaan pangan di Kabupaten Puncak. Para menteri yang diutus, antara lain, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Sosial Tri “Risma” Rismaharini, dan Kepala BNPB Suharyanto.
Kondisi semakin sulit karena masalah keamanan. Distribusi bantuan pangan kemungkinan terhambat konflik bersenjata yang meningkat di wilayah tersebut selama beberapa bulan terakhir. Philip Mehrtens, seorang pilot Selandia Baru, disandera oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Mehrtens yang bekerja untuk maskapai Susi Air, yang beroperasi di perbatasan, disandera setelah melakukan penerbangan rutin ke Kabupaten Nduga pada Februari lalu.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.