Beberapa lembaga pemungutan suara sedang bersiap untuk menerapkan penghitungan cepat (quick count), yaitu metode pengambilan sampel suara. Menurut para pengamat, metode tersebut tetap merupakan cara yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memberikan hasil awal. Di sisi lain, para penyelenggara pemilu bersiap menghadapi bulan yang melelahkan karena harus melakukan penghitungan manual untuk menentukan pemenang pemilu 2024.

Lebih dari 205 juta pemilih diperkirakan akan mendatangi tempat pemungutan suara. Bertepatan dengan Hari Valentine, mereka akan memilih presiden dan wakil presiden berikutnya, serta wakil rakyat untuk duduk di DPR tingkat nasional dan daerah.

Begitu waktu pemungutan suara berakhir, masyarakat akan masuk masa penantian panjang untuk menunggu hasil resmi penghitungan suara pemilu dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Proses penghitungan suara yang memakan waktu lama dan melelahkan ini bisa berlangsung hingga 35 hari, waktu maksimal sesuai UU Pemilu.

Namun, masyarakat dapat mengharapkan mengetahui hasil pemilu lebih awal, melalui quick count yang sebagian besar dilakukan berdasarkan metode pengambilan sampel suara. Saat ini, lembaga survei dan institusi pengawas pemungutan suara swasta yang terdaftar sedang bersiap untuk mengerahkan ribuan sukarelawan dan staf mereka ke tempat pemungutan suara di seluruh negeri.

Hitung cepat adalah metode statistik yang menganalisis penghitungan suara di TPS melalui sampel, untuk memperkirakan hasil pemilu. Berdasarkan undang-undang yang berlaku, hasil pengambilan sampel suara awal dapat diumumkan dua jam setelah pemungutan suara ditutup pada pukul 13.00 WIB.

Termasuk yang bersiap adalah Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang berbasis di Jakarta dan Cyrus Network. Dua lembaga ini akan bekerja sama untuk melakukan penghitungan cepat hasil pemilu dan mengumumkan hasilnya mulai pukul 17.00 hingga 18.00 WIB.