TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Pesan harapan dari Paus

Pekan ini, Indonesia bersiap menyambut Paus. Ini kunjungan kedua bagi pemimpin tertinggi umat Katolik itu, sebelumnya pada 1989. Paus membawa pesan perdamaian, keadilan, dan kemanusiaan. Pesan itu tepat waktu, di tengah memburuknya demokrasi di seluruh dunia.

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Mon, September 2, 2024 Published on Sep. 1, 2024 Published on 2024-09-01T16:03:27+07:00

Change text size

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Pesan harapan dari Paus A large crowd of people surrounds Pope Francis on July 7, 2024 as he arrives at the Piazza dell'Unita in Trieste during the 50th Social Week of Italian Catholics. (AFP/Andreas Solaro)
Read in English

K

unjungan Paus Fransiskus yang akan datang ke Indonesia minggu ini sangat tepat waktunya. Kunjungan dilakukan setelah periode penuh gejolak, saat demokrasi Indonesia kembali bangkit melawan upaya penguburan dari mereka yang berkuasa.

Tentu saja, Paus tidak akan membahas kemunduran demokrasi yang dialami Indonesia dan rakyatnya; ia juga tidak berencana membahas bencana lingkungan dan kemanusiaan yang melanda negara ini akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan korupsi yang merajalela.

Namun, kunjungan Paus dari 3 hingga 6 September berbicara banyak tentang pendiriannya dalam menegakkan nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia. Dan hal itu tidak terikat batas negara atau agama tertentu. Dalam pidatonya menjelang pemilihan Parlemen Eropa pada Juli lalu, Paus mengecam kondisi demokrasi saat ini. Ia memperingatkan "para populis" yang menutupi keserakahan mereka akan kekuasaan.

"Demokrasi tidak dalam kondisi yang baik di dunia sekarang," katanya saat itu.

Meskipun ia tidak merujuk ke wilayah mana pun secara khusus, demokrasi Indonesia jelas telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Institusi politik menghancurkan oposisi rakyat terhadap rancangan undang-undang kontroversial, yang dianggap memperkuat kekuasaan oligarki. Namun, protes nasional pada 22 Agustus memaksa DPR yang propemerintah untuk membatalkan revisi yang diusulkan terhadap Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah. Revisi itu tampaknya diprakarsai gagasan menghindari putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang bertujuan untuk menegakkan demokrasi.

Di mata Paus, bukan hanya demokrasi yang "sakit". Bumi juga sakit. Kondisi bumi yang memburuk disebabkan oleh sikap dunia yang kecanduan energi kotor, yang dibuktikan dalam penggunaan bahan bakar fosil dan sumber daya tak terbarukan secara besar-besaran. Bukan hanya itu, bumi juga menderita karena ketidakadilan, seperti hubungan perburuhan yang tidak adil, dan pemusatan kekayaan yang sangat besar di tangan beberapa orang.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Vatikan telah menetapkan September sebagai “Musim Penciptaan”. Inilah saat Paus Fransiskus akan menyerukan perlindungan bagi bumi, sekaligus menunjukkan solidaritas pada para korban bencana lingkungan dan perubahan iklim. Meskipun ia tidak menyinggung Indonesia, pesannya sebagai pemimpin global seharusnya dapat memberi dukungan moral pada semua kelompok dan individu yang telah bekerja keras dan konsisten untuk melestarikan alam.

Keputusan Paus untuk memasukkan negara berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia dalam daftar kunjungan apostoliknya ke Asia dan Pasifik sangat penting bagi kemajuan hubungan antaragama di Indonesia. Ini juga bentuk promosi dialog antaragama di panggung global.

Indonesia dianggap mewakili Islam moderat, yang hidup berdampingan secara damai dengan demokrasi. Di negara ini, hak-hak minoritas dilindungi di bawah semboyan nasional “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Tidak dapat disangkal bahwa Indonesia merupakan sarang kelompok teroris yang bercita-cita menciptakan kekhalifahan Islam di Asia Tenggara. Sejauh ini, penegakan hukum telah berhasil mengendalikan mereka.

Indonesia juga merupakan rumah bagi organisasi Islam arus utama, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Keduanya telah berupaya keras mempromosikan Islam sebagai rahmat bagi dunia.

Sebelum memimpin misa bersama di Stadion Gelora Bung Karno pada Kamis 5 September, Paus dijadwalkan mengunjungi Masjid Istiqlal dan bertemu Imam Besar Nasaruddin Umar. Kunjungan tersebut dilakukan untuk menunjukkan komitmennya terhadap dialog antaragama. Paus Fransiskus akan melakukan perjalanan ke masjid terbesar di Jakarta tersebut melalui terowongan bawah tanah dari Katedral Jakarta.

Terowongan sepanjang 33 meter yang menghubungkan kedua rumah ibadah tersebut dibangun pada 2021. Terowongan tersebut melambangkan kemajemukan dan toleransi beragama bangsa, dan diberi nama “Silaturahmi” yang bermakna kekerabatan.

Kunjungan Paus ke Indonesia awalnya direncanakan dilakukan pada 2020, tetapi dibatalkan karena pandemi. Pandemi COVID 19 tersebut mengakibatkan kematian 5,4 juta orang di seluruh dunia, termasuk 144.000 orang Indonesia.

Sejauh ini, tur Asia-Pasifik Paus Fransiskus akan menjadi yang terpanjang bagi Paus berusia 87 tahun itu. Ia akan menggunakan kursi roda, dan siap menjadi kepala Gereja Katolik kedua yang mengunjungi Indonesia setelah Paus Yohanes Paulus II pada 1989.

Mungkin antusiasmenya untuk menyebarkan pesan perdamaian, keadilan, dan kemanusiaan telah mendorongnya melakukan perjalanan yang melelahkan.

Saat Indonesia menyambut Paus Fransiskus, para umat Katolik serta masyarakat dari semua agama bersiap mendengarkan kebijaksanaannya.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.

Share options

Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!

Change text size options

Customize your reading experience by adjusting the text size to small, medium, or large—find what’s most comfortable for you.

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!

Continue in the app

Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.