residen Joko “Jokowi” Widodo akan menghabiskan akhir pekan ini untuk urusan resmi di Jepang guna memperdalam hubungan ASEAN dengan Tokyo. Ia juga akan memperbarui hal-hal yang berkaitan dengan proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).
Menurut para analis, kunjungan tiga hari tersebut, yang tujuan utamanya adalah KTT ASEAN-Jepang dalam rangka memperingati 50 tahun persahabatan, sangat penting bagi Jepang. Pasalnya, negara tersebut sedang bergulat dengan implikasi geopolitik dari meningkatnya ketegangan akibat pengaruh Tiongkok di wilayah tersebut.
Waktu kunjungan juga sangat strategis bagi Jokowi. Ia berencana kembali melakukan promosi IKN kepada beberapa investor asing, yang merupakan foreign direct investor (FDI) terbesar untuk Jakarta. Ia harus memanfaatkan sisa masa jabatan kurang dari satu tahun untuk melakukannya karena proyek pemindahan ibu kota terus terhambat oleh kurangnya pendanaan.
Selama di Tokyo, pada Sabtu, Jokowi akan memimpin pertemuan tingkat tinggi khusus dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Hari Minggunya, ia akan menghadiri pertemuan para pemimpin lainnya di Komunitas Nol Emisi Asia (the Asia Zero Emission Community atau AZEC), sebelum melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Kishida pada hari Senin. Tema utama adalah kerja sama ekonomi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Lalu M. Iqbal mengatakan kepada para wartawan awal pekan ini bahwa potensi “dukungan” Jepang terhadap transisi energi, infrastruktur ramah lingkungan, dan proyek IKN di Indonesia akan dibahas dalam dialog bilateral. Menurutnya, pembangunan jalur Mass Rapid Transit (MRT) Timur-Barat Jakarta juga akan dibicarakan.
Beberapa tahun terakhir, rencana Jokowi untuk merelokasi ibu kota ke Nusantara di Kalimantan Timur menghadapi kendala pendanaan yang besar. Kendala makin nyata, terutama setelah penarikan Softbank Group dari Jepang. Mundurnya grup perusahaan tersebut membuat terjadi kekurangan sebesar US$30 miliar dalam total anggaran kota sebesar $32,6 miliar.
Sejak saat itu, pemerintahan Jokowi telah melakukan segala upaya untuk mencari investasi asing. Sayangnya, sebagian besar upaya tersebut hanya menghasilkan letter of intent (LoI) yang artinya sekadar menunjukkan minat. Hingga saat ini, sudah terkumpul lebih dari seratus LoI, tetapi belum menghasilkan kesepakatan dengan pihak swasta yang signifikan.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.