Dengan terjadinya ketegangan di Asia Tenggara, para pemimpin kawasan yang menghadiri KTT Khusus ASEAN-Australia diharapkan mengambil tindakan dan mengecam segala kegiatan yang dapat semakin mengganggu stabilitas kawasan Indo-Pasifik.
enghormatan terhadap hukum internasional harus ditegakkan melalui paradigma kolaborasi antarnegara yang kuat. Demikian kata Presiden Joko “Jokowi” Widodo sebelum kunjungannya ke Australia, di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan dan juga naiknya tensi secara global.
Dengan meningkatnya sengketa di wilayah Laut Cina Selatan baru-baru ini, para pemimpin dunia yang menghadiri KTT Khusus ASEAN-Australia bertanggung jawab untuk mengambil tindakan. Mereka juga harus mengecam perbuatan apa pun yang dapat semakin mengganggu stabilitas kawasan yang saat ini diliputi ketegangan ini.
Jokowi, didampingi beberapa menteri, mengatakan bahwa ia akan menggarisbawahi “paradigma kolaborasi” antara negara-negara ASEAN dan mitra-mitranya, untuk mendorong penghormatan terhadap hukum internasional. Ia juga mengatakan akan membahas pakta keamanan antara Indonesia dan Australia. “[Kita akan membahas] bagaimana kemitraan strategis ASEAN dan Australia dapat dioptimalkan dalam mewujudkan Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan sejahtera,” kata Jokowi di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma. “Saya akan menggunakan kesempatan ini untuk [mendorong] penghormatan yang konsisten terhadap hukum internasional, termasuk dalam kasus Palestina.”
Agenda peringatan ke-50 tahun dialog kemitraan antara ASEAN dan Australia pada awalnya dijadwalkan untuk membahas strategi jangka panjang demi memperluas pertumbuhan ekonomi di kawasan. Namun, KTT diselenggarakan saat terjadi perselisihan antara Filipina dan Tiongkok, ditambah makin resahnya masyarakat terhadap menurunnya kepedulian pada masalah hak asasi manusia di ASEAN, termasuk di Myanmar yang sedang dilanda konflik.
Dalam beberapa tahun terakhir, klaim Tiongkok atas Laut Cina Selatan telah mengacaukan negara-negara ASEAN. Hal tersebut memicu berbagai perseteruan diplomatik. Beberapa negara seperti Filipina, telah bergabung dengan Amerika Serikat untuk menjaga keamanan mereka. Tak bisa disangkal, langkah Filipina menguji batas-batas hubungan internasional.
Beberapa hari terakhir ini, Manila dan Beijing saling melontarkan kecaman diplomatik. Manila mengklaim telah menjadi sasaran “pelecehan”, sementara Beijing mengatakan menjadi korban fitnah.
Senin 4 Maret, Australia, mitra terdekat ASEAN, mengumumkan bahwa negara tersebut akan menginvestasikan $41,8 juta dolar Amerika di ASEAN, untuk memperluas kerja sama maritim. Australia mengatakan bahwa keamanannya sendiri dipertaruhkan akibat ketegangan yang tak kunjung reda. Negara tersebut adalah bagian dari aliansi keamanan kontra-Tiongkok, bersama AS dan Inggris
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.