edakan di pabrik pengolahan nikel di Morowali, Sulawesi Tengah pada akhir pekan yang bertepatan dengan malam Natal, telah memunculkan kekhawatiran baru terkait keselamatan kerja di industri secara keseluruhan. Kejadian tersebut menarik perhatian publik, karena menjadi yang terbaru dari serangkaian insiden yang telah mengancam jiwa, yang terjadi dalam proyek kolaborasi antara Indonesia dan Tiongkok yang sangat dibanggakan.
Menurut juru bicara Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang berbicara pada Selasa 26 Desember, Dedi Kurniawan, ledakan pada Minggu pagi tersebut terjadi di tungku peleburan milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS). Sedikitnya 10 karyawan yang warga negara Indonesia dan delapan pekerja Tiongkok tewas. Sedangkan 41 orang lainnya luka-luka.
Polisi merevisi jumlah korban tewas, dari awalnya diberitakan 13 orang menjadi 18 orang.
ITSS merupakan salah satu penyewa di IMIP, yang menjadi pusat produksi nikel dunia. ITSS dimiliki bersama oleh Tsingshan Holding Group asal Tiongkok dan Grup Bintang Delapan, salah satu perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia.
Kawasan industri ini merupakan pusat produksi nikel dan baja tahan karat Indonesia. Nikel adalah logam dasar yang digunakan untuk material baterai kendaraan listrik (EV). Sebagian besar kawasan didukung oleh investasi Tiongkok.
Ledakan terjadi sekitar Minggu subuh 24 Desember, ketika para pekerja sedang memasang pelat dan melakukan perbaikan pada tungku. Tampaknya sumber ledakan adalah sisa terak dari dasar tungku yang bersentuhan dengan bahan mudah terbakar di sekitar lokasi.
Berdasarkan penyelidikan, pelepasan pertama yang dilakukan saat perbaikan tungku telah memicu ledakan beberapa tabung oksigen yang digunakan untuk pengelasan dan pemotongan komponen tungku.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.