TheJakartaPost
Please Update your browser
Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.
Defisit APBN diproyeksi naik karena tambahan subsidi, bansos
Defisit antara penerimaan dan belanja negara adalah sebesar 2,8 persen terhadap PDB.
Change Size
Coordinating Economic Minister Airlangga Hartarto (left) and Agrarian and Spatial Planning Minister Agus Harimurti Yudhoyono pose for photographs after a meeting at the Office of the Coordinating Economic Minister in Jakarta on Feb. 26, 2024. (JP/Deni Ghifari)
P
royeksi pemerintah menunjukkan peningkatan tajam dalam defisit anggaran tahun ini. Tingginya defisit terjadi di tengah besarnya belanja bantuan sosial dan pemberian subsidi.
Berbicara kepada wartawan di kantornya, Senin 26 Februari, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa defisit anggaran 2024 terlihat sebesar 2,8 persen terhadap PDB. Angka tersebut jauh di atas angka dalam rencana APBN tahun ini, yaitu sebesar 2,3 persen.
“Dalam rapat kabinet, diputuskan tidak ada kenaikan listrik dan kenaikan BBM. Baik subsidi maupun nonsubsidi, sampai Juni,” kata Airlangga.
Keputusan tersebut menunjukkan bahwa pemerintah akan mengalokasikan lebih banyak dana untuk menjaga harga energi tetap murah bagi konsumen. Pemerintah menekan harga melalui subsidi dan dengan memberikan “kompensasi” kepada perusahaan negara yang monopoli listrik, yaitu PLN, serta bagi perusahaan minyak dan gas Pertamina, mengimbangi ekspektasi perusahaan milik negara tersebut untuk menjual komoditas mereka di bawah harga pasar.
Secara keseluruhan, langkah-langkah tersebut sangat membebani kas negara.
Tambahan Rp14 triliun ($894 juta dolar Amerika) akan digunakan untuk subsidi pupuk, di luar Rp 26 triliun yang sudah dialokasikan untuk program ini. Airlangga mengatakan perlunya peningkatan anggaran mengingat “penurunan tajam” produksi beras.
Rencana fiskal terbaru juga mengalokasikan bantuan tunai sebesar Rp11,3 miliar untuk 18,8 juta rumah tangga pada kuartal pertama tahun ini.
