Mata uang Indonesia setelah mencapai level terendah Rp16.419 pada Senin, menandai titik terlemah rupiah sejak April 2020.
ilai tukar rupiah telah anjlok ke level terendah dalam empat tahun terakhir, meningkatkan kekhawatiran terhadap inflasi impor dan mungkin memaksa Bank Indonesia (BI) untuk bertindak.
Para analis mengaitkan depresiasi terkini mata uang Indonesia dengan kombinasi kebijakan moneter Amerika Serikat dan kebijakan fiskal Indonesia.
Rupiah diperdagangkan pada kisaran Rp16.350 per dolar AS pada hari Rabu 19 Juni, setelah mencapai level terendah Rp16.419 pada hari Senin. Harga tersebut menandai titik terlemah rupiah sejak April 2020. Ketika itu, pandemi COVID-19 berdampak buruk pada banyak mata uang negara berkembang.
Kebijakan The Fed
Penurunan terbaru ini terutama didorong oleh sikap agresif Federal Reserve AS. The Fed tampaknya tidak terburu-buru menurunkan suku bunga acuannya dari kisaran saat ini, yaitu sebesar 5,25 persen menjadi 5,5 persen.
Menurut analis pasar uang DCFX Futures, Lukman Leong, sikap The Fed tersebut telah memperkuat dolar AS dan memberi tekanan tambahan pada rupiah,
“Rupiah bisa menembus Rp17.000 jika BI tidak agresif melakukan intervensi,” kata Lukman, pada Senin kemarin, seperti dikutip Tempo.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.