TheJakartaPost
Please Update your browser
Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.
Popular Reads
Top Results
No results found. Please check your search term and try again
Can't find what you're looking for?
View all search results
Popular Reads
Top Results
No results found. Please check your search term and try again
Can't find what you're looking for?
View all search resultsTekanan tarif AS cairkan kemacetan perundingan dagang RI-Uni Eropa
Kedua belah pihak mencari mitra yang lebih andal untuk mengimbangi kebijakan AS yang “tidak terduga”.
Change text size
Gift Premium Articles
to Anyone
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
President Prabowo Subianto (left) and European Commission President Ursula von der Leyen (right) announce the "political agreement" of the Indonesia-EU Comprehensive Partnership Agreement (IEU-CEPA) on July 14, 2025 in Brussels. (Presidential Secretariat Press Bureau/Laily Rachev)
Setelah buntu selama satu dekade, Uni Eropa mengubah gaya negosiasinya dengan Indonesia terkait perjanjian perdagangan bebas yang telah lama ditunggu-tunggu. Menurut beberapa ekonom, perubahan ini disebabkan oleh meningkatnya tekanan eksternal, terutama meningkatnya ketidakpastian yang bermula dari kebijakan perdagangan Amerika Serikat.
Pada Minggu 13 Juli di Brussels, Presiden Prabowo Subianto, dalam kunjungan resmi pertamanya sebagai kepala negara ke Uni Eropa, bersama Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan bahwa telah dicapai kesepakatan politik terkait Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement atau IEU-CEPA).
“Tidak ada ketidaksepakatan antara Uni Eropa dan Indonesia. Benar demikian? Pada dasarnya itulah kesimpulan yang kami miliki hari ini,” kata Prabowo, sambil mengarahkan pandang pada von der Leyen, dalam pidato bersama mereka.
Presiden RI menyebut kesepakatan itu sebagai rangkaian "simbiosis timbal balik" dan "terobosan strategis" yang akan menjadi contoh "di era ketidakstabilan dan ketidakpastian ini".
Von der Leyen, sementara itu, menggambarkan kesepakatan tersebut sebagai komitmen politik penting yang memperkuat keselarasan antara Uni Eropa dengan Indonesia, dalam menjaga "tatanan internasional berbasis aturan".
