andemi COVID-19 sudah tak lagi jadi perhatian utama. Namun, ternyata sektor pendidikan masih belum pulih dari dampaknya. Baru-baru ini, sebuah studi menunjukkan bahwa rata-rata siswa Indonesia telah kehilangan nyaris satu tahun masa pembelajaran.
Ketika pandemi melanda Indonesia pada Maret 2020, sebagian besar sekolah diharuskan ditutup, beralih ke pembelajaran daring. Kondisi ini berlangsung selama total 23 bulan. Beberapa sekolah bisa dibilang beruntung, diizinkan membuka kelas untuk beberapa siswa dan melakukan pembelajaran sistem hybrid, sebagaian di rumah dan sebagian di sekolah.
Selama masa tersebut, guru, siswa, dan orang tua semua berjuang beradaptasi dengan masa transisi yang cukup tiba-tiba dari belajar di kelas ke pembelajaran jarak jauh.
Sekarang sistem pembelajaran tatap muka telah berjalan lancar. Namun, orang tua seperti Melly, 44, dari Tangerang Selatan, Banten, mengatakan bahwa anak-anaknya mulai menghadapi kesulitan sebagai efek kehilangan pembelajaran atau sering disebut learning loss, yaitu hilangnya pengetahuan dan keterampilan. Ada juga gangguan terhadap kemajuan akademik sebagai akibat dari pengalaman siswa belajar jauh dari sekolah.
Melly mengatakan bahwa kedua anak laki-lakinya, usia 10 dan 6 tahun, senang bisa kembali belajar di sekolah bersama teman-teman. Si kakak kini duduk di kelas empat, sementara si bungsu masih di kelas satu. “Bicara soal learning loss, saya bisa lihat dampaknya,” katanya kepada The Jakarta Post.
Dia tambahkan bahwa putra sulungnya tidak pernah memiliki kesempatan untuk belajar bahasa Inggris di sekolah, karena selama pandemi, mata pelajaran tersebut dihapus dari kurikulum. Sementara itu, anak bungsunya harus berjuang menyesuaikan diri dengan lamanya waktu bersekolah yang harus dijalani, yaitu enam jam per hari. Jadwal itu tergolong panjang, jika dibandingkan dengan waktu belajar daring selama pandemi yang hanya dua jam per hari.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Anindito Aditomo, berhasil diwawancara oleh The Jakarta Post, akhir Juli lalu. Ia mengatakan bahwa meningkatnya kesadaran masyarakat akan learning loss adalah sesuatu yang baik. Meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi fokus kementerian sejak sebelum pandemi. “Tapi isu learning loss memang sangat mendesak untuk diperbaiki,” kata Anindito. “[Indonesia] juga mengalaminya, terutama karena kita termasuk negara yang mengalami periode penutupan sekolah terlama.”
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.