Para analis politik telah mencatat naiknya tren kandidat yang maju tanpa lawan dalam pemilihan kepala daerah di seluruh negeri.
Upaya yang sedang berlangsung untuk merekayasa adanya aliansi besar, dalam menghadapi pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak pada November mendatang, memicu kekhawatiran adanya kandidat yang maju sendirian tanpa lawan. Tren ini sedang berkembang, dan menurut para analis berpotensi merusak nilai-nilai demokrasi. Kemungkinan adanya kandidat yang melawan kotak kosong juga menghilangkan peluang partai-partai kecil untuk memainkan peran yang lebih besar dalam lanskap politik Indonesia.
Aliansi besar yang dimaksud mengacu pada Koalisi Indonesia Maju (KIM). KIM merupakan aliansi elektoral berupa big tent, yang mendukung Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden Februari lalu. Kemampuan KIM berdiplomasi untuk menggaet partai-partai pesaing agar bergabung dengan kelompoknya telah memicu kecemasan di antara pengamat politik dan kandidat pemilihan.
Dalam sebuah diskusi pada Kamis 8 Agustus, Edbert Gani, peneliti di Departemen Politik dan Perubahan Sosial di Centre for Strategic and International Studies (CSIS), lembaga think tank yang berbasis di Jakarta, mengatakan bahwa selamat tiga pilkada terakhir, terlihat jelas adanya kenaikan tren pilkada minim kandidat di Indonesia. Kondisi tersebut membalikkan tren positif yang terjadi sejak pertama kali pilkada dilakukan secara langsung.
Menurutnya, setidaknya harus ada rata-rata dua kandidat yang mengikuti pemilihan kepala daerah. Adanya dua kandidat sudah menunjukkan potensi persaingan sehat di tingkat daerah. Namun, "fenomena persaingan kandidat lawan kotak kosong telah berkembang dalam beberapa pemilihan terakhir," kata Gani. "Inilah yang perlu kita pantau dan waspadai bersama di 545 daerah dalam pemilihan mendatang."
Potensi penarikan dukungan dari Jakarta
Di antara contoh terbaru adalah yang terjadi dalam pilkada Jakarta. KIM telah menyatakan keinginan mengajak bergabung partai-partai yang hendak mengajukan kembali mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan. Menurut para analis, langkah tersebut bertujuan mencoret Anies dari daftar calon kandidat pemilihan gubernur.
Sering digambarkan sebagai calon paling populer di Jakarta, Anies, yang kalah dalam pemilihan presiden melawan Prabowo pada Februari lalu, mendapati pencalonannya tiba-tiba jatuh ke dalam ketidakpastian. Pasalnya, para pendukung potensialnya baru-baru ini membuka kemungkinan untuk menarik dukungan mereka dan beralih pihak. Agar Anies dapat maju pada November mendatang, ia harus didukung koalisi partai yang menguasai sedikitnya 20 persen kursi di DPRD DKI Jakarta. Bisa juga ia dicalonkan oleh partai yang telah memperoleh 25 persen suara rakyat pada pemilihan legislatif sebelumnya.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.