emerintah RI secara intensif mendorong pembentukan koridor kemanusiaan di Jalur Gaza, agar bisa mengevakuasi 10 warga negara Indonesia (WNI) yang masih terjebak di zona konflik. Upaya ini dilakukan di tengah adanya perintah evakuasi segera dari militer Israel, karena ada potensi serangan darat.
Persediaan makanan, air, dan obat-obatan semakin menipis di Gaza, dan evakuasi 10 WNI tersebut menjadi prioritas utama Kementerian Luar Negeri.
Kementerian Luar Negeri telah menetapkan rencana darurat untuk evakuasi. Menurut Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha, saat ini, secara terus-menerus mereka berkomunikasi erat dengan para WNI, agar siap sedia saat ada informasi mengenai kemungkinan jalan keluar.
Namun, sangat kecil kemungkinan mereka bisa dipulangkan segera, karena tidak adanya zona demiliterisasi sementara. Saat ini, serangan udara Israel terhadap Gaza belum berhenti.
“Kami merancang lebih dari satu skenario [penyelematan],” kata Judha kepada wartawan. “Kenyataan di lapangan sangatlah sulit. Belajar dari pengalaman masa lalu, kami telah menetapkan berbagai rencana untuk situasi yang berbeda.”
Menurut Kementerian Luar Negeri, di luar Gaza, tersebar 133 WNI, sebagian besar di Tepi Barat dan wilayah Sapir Israel. Dari jumlah tersebut, hanya empat orang yang setuju dipulangkan. Sisanya memilih tetap di sana dengan keyakinan bahwa kondisinya “masih aman untuk tetap di sana”, kata Judha.
Hingga Jumat siang, KBRI Amman telah mengevakuasi empat WNI dari Tel Aviv yang masuk ke Yordania melalui jalur darat. Tiga puluh lima WNI lainnya di Israel dijadwalkan pulang pada hari Sabtu.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.