Hubungan antara Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), partai yang menaungi Presiden, berubah. Hubungan pemimpin yang sangat populer tersebut dengan partainya yang selama ini sudah tidak baik, jadi makin buruk. Jelang pemilihan presiden tahun 2024, Jokowi berupaya membuka jalan politik bagi keluarganya sebelum ia tak lagi menguasai Istana Negara.
PDIP yang saat ini merupakan partai terbesar di Indonesia telah berulang kali berusaha menghapus anggapan soal menegangnya hubungan partai dengan Presiden. Presiden sendiri beberapa kali melakukan manuver politik, yang menurut para analis sangat melemahkan kepentingan PDIP.
Seolah memberi pukulan telak bagi PDIP, Jokowi merestui putra bungsunya, Kaesang Pangarep, untuk bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). PSI adalah partai politik kecil yang berselisih dengan PDIP sejak pemilu 2019. Secara politik, PSI adalah partai liberal, namun konservatif secara ekonomi. PSI berhasil memenangkan hati kalangan pemilih muda dan pemilih di perkotaan lewat media sosial, hingga jadi ancaman nyata bagi partai besar nasionalis PDIP.
“Kebetulan kami punya kesamaan, yaitu ingin agar generasi muda lebih terlibat di sektor publik. Kami tahu, khususnya di pemilu, generasi muda biasanya dijadikan objek pasif dan bukan objek aktif,” kata Kaesang setelah menerima kartu anggota partai, di kediaman pribadi ayahnya di Surakarta. “Saya melihat PSI sebagai partai yang diisi oleh generasi muda yang punya integritas, kompetensi, dan semangat yang dibutuhkan untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik. Sayang sekali mereka gagal masuk [legislatif],” tambahnya.
Langgar tradisi
Kaesang merupakan anggota keluarga Jokowi pertama yang bergabung dengan partai politik selain PDIP. Kakak laki-lakinya, Walikota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, dan saudara iparnya, Walikota Medan Bobby Nasution, semuanya adalah anggota PDIP. Seperti sang ayah, Gibran dan Bobby memulai karier politiknya sebagai walikota. Jokowi dulu adalah Walikota Surakarta.
Kaesang dilaporkan bergabung dengan PSI untuk mengikuti pemilihan kepala daerah di Depok. Wilayah padat penduduk di dekat Jakarta itu telah lama menjadi basis Partai Keadilan Sejahtera (PKS), sebuah partai oposisi dengan aliran Islam. Jika terpilih, ia akan menjadi anggota ketiga dari Keluarga Presiden yang memimpin sebuah kota atau kabupaten, dan akan semakin memperkuat pengaruh dinasti politik baru sang Presiden
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.