Pada Senin, 30 Oktober, Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengadakan jamuan makan siang dengan ketiga calon presiden yang akan bertarung dalam pemilu 2024. Langkah tersebut tampaknya dilakukan karena ingin menunjukkan persatuan dan keadilan, menjelang musim kampanye yang akan datang.

Namun, tetap banyak yang menuduh Presiden tidak tulus, dan sebagian besar menanggapi dengan ketidakpedulian, karena beberapa bukti memperlihatkan Presiden memberi perlakuan istimewa pada calon presiden yang ia dukung.

Ini adalah pertama kalinya keempat tokoh terlihat duduk bersama dalam satu meja, setelah masa pendaftaran calon presiden untuk pemilihan umum mendatang ditutup.

Makan siang megah yang diadakan di Istana Kepresidenan tersebut menampilkan Jokowi duduk di meja bundar, diapit oleh calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Prabowo dan Ganjar telah menyatakan akan melanjutkan kebijakan warisan petahana jika terpilih menjadi presiden pada bulan Februari mendatang.

Duduk di hadapan Jokowi adalah Anies Baswedan, mantan gubernur Jakarta yang merupakan kandidat oposisi.

Jokowi dilaporkan menggunakan kesempatan ini untuk meyakinkan para kandidat mengenai komitmennya terhadap netralitas dan menjaga integritas aparatur negara. Namun, para analis meyakini janji tersebut sebagai sekadar isyarat kosong.

Kepada wartawan, tiga kandidat calon presiden mengatakan bahwa percakapan mereka “ringan”, sambil menyantap bebek panggang, ayam isi, dan beberapa olahan seafood. Meskipun begitu, ketidakberpihakan Jokowi sering mengemuka dalam pembicaraan.

Popular

Furniture exporters decry new quarantine rule

The fragile promise of pluralism, religious freedom in Southeast Asia

BRICS shows internal rifts as ministers fall short of joint statement