Dalam sebagian besar perdebatan, Gibran, putra tertua Presiden Joko “Jokowi” Widodo, membela kebijakan pemerintah saat ini dan berjanji untuk melanjutkannya.
Debat keempat dalam rangka pemilihan presiden, yang disiarkan televisi pada hari Minggu 21 Januari, menampilkan calon wakil presiden Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD yang bersilang pendapat dengan calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka. Mereka tidak sepakat dalam berbagai isu, mulai dari pembangunan industri hingga reformasi agraria.
Dalam sebagian besar materi debat, Gibran, putra tertua Presiden Joko “Jokowi” Widodo, membela kebijakan pemerintah saat ini dan berjanji untuk melanjutkan semua kebijakan tersebut.
Namun, menurut para ahli, sebagian besar materi debat soal masalah-masalah seputar energi, sumber daya alam, pertanian, lingkungan hidup, dan masyarakat adat, tidak menghasilkan solusi nyata.
Muhaimin, yang mencalonkan diri bersama sebagai pasangan Anies Baswedan, membuka pidato tentang programnya, dengan menyindir pemerintah mengenai distribusi lahan dan kepemilikan tanah. Ia menyebutkan bahwa sebagian besar petani tidak punya tanah sendiri untuk mereka garap. Ia juga mempermasalahkan pemerintah yang menurunkan target penggunaan energi terbarukan dalam bauran energi nasional, dari 23 persen menjadi antara 17 dan 19 persen pada 2025.
Dalam beberapa jawabannya, Gibran yang mencalonkan diri bersama Menteri Pertahanan saat ini, Prabowo Subianto, membela pengembangan industri hilir yang menjadi inti agenda perekonomian Jokowi. Secara khusus, ia menantang para pesaingnya untuk menyebutkan komitmen mereka dalam mendukung kebijakan pemerintah dan mengakui pencapaian pemerintah sebelumnya.
“Bapak anti nikel atau bagaimana?” tanyanya pada Muhaimin sambil menuding kampanye Anies-Muhaimin yang lebih mengutamakan teknologi lithium iron phosphate (LFP) dibandingkan nikel untuk produksi baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Gibran mengacu pada poin yang diangkat oleh salah satu penasihat ekonomi terhadap kampanye Anies-Muhaimin, yang menyebutkan bahwa pemerintah membatasi kesempatan Indonesia jika hanya menggantungkan industri kendaraan listrik pada nikel.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.