Sebuah perusahaan konsultan menemukan bahwa selama debat dua jam tersebut, 60 persen muatan konten di media sosial tentang Gibran bersifat negatif dan hanya 33 persen yang positif.
Kandidat wakil presiden Gibran Rakabuming Raka mendapat kecaman atas penampilannya pada debat pemilihan umum keempat yang disiarkan televisi pada hari Minggu, 21 Januari. Media sosial diramaikan dengan pendapat yang menafsirkan pernyataannya sebagai cerminan sikap arogan. Gibran dianggap mengabaikan nilai-nilai susila tradisional Jawa yang seharusnya membuat ia lebih santun dan sopan dalam menyampaikan tanggapan atas perkataan saingannya yang lebih senior.
Gibran, putra sulung Presiden Joko “Jokowi” Widodo, berhadapan dengan dua rivalnya Muhaimin Iskandar, 57 tahun, dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, 66 tahun. Cak Imin dan Mahfud adalah dua politisi berpengalaman yang juga bersaing untuk mendapatkan posisi wakil presiden dalam pemilihan umum mendatang.
Ajang debat kemarin diharapkan mendiskusikan topik penting seputar kebijakan energi, sumber daya alam, pertanian, lingkungan hidup, dan masyarakat adat. Namun, ajang malah berubah menjadi adu argumentasi dan debat yang sesat logika.
Dalam debat, Muhaimin dan Mahfud sama-sama mengkritik kebijakan yang diambil pemerintah. Mereka mempermasalahkan, mulai dari, kegagalan program lumbung pangan hingga pemerintah yang dianggap meremehkan isu lingkungan dan sosial, misalnya dengan memangkas komitmen terhadap target energi terbarukan.
Sementara itu, Gibran membela pekerjaan Presiden yang tak lain adalah ayah kandungnya. Ia bahkan berjanji akan melanjutkan agenda hilirisasi yang menjadi inti kebijakan ekonomi Jokowi. Dalam debat, ia sempat menuduh lawan debatnya antipemerintah. Calon wakil presiden berusia 36 tahun tampil dengan program berkelanjutan.
Setelah debat, media sosial dipenuhi komentar penonton yang frustrasi dan menyesalkan kenyataan bahwa debat tersebut tidak menghasilkan solusi jelas terkait topik yang dibicarakan. Mereka mempermasalahkan bahwa debat diisi dengan jawaban-jawaban yang sifatnya hanya untuk menarik perhatian dan dibanjiri omongan remeh temeh.
Banyak yang menghujat Gibran, menilai sikapnya saat debat sebagiai “merendahkan” Muhaimin dan Mahfud, yang lebih tua 20 tahun darinya.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.